Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Aku Seorang Guru?

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pilihan menjadi guru merupakan pilihan terakhir bagiku karena mengingat keterbatasan fisikku. untuk menjadi tentara atau polisi? jelas postur tubuhku yang semampai (semeter tak sampai) tak bisa mendukungku. untuk menjadi bisnisman? ehmmmmm rasanya juga tidak mungkin karena aku tidak punya keahlian dalam soal bisnis ataupun jual beli (mungkin karena jiwa sosialku tinggi) sehingga beberapa kali mencoba menekuni bisnis, namun belum berhasil karena hampir rata-rata penyebabnya aku tidak tega menagih hutang terhadap orang lain sehingga sering aku ikhlaskan atau modalnya lebih banyak aku pinjamkan kepada orang yang membutuhkan yang akhirnya juga -rela tidak rela- harus aku ikhlaskan. untuk menjadi karyawan perusahaan? entah berapa puluh perushaan yang telah aku kirimi lamaran namun hasilnya semuanya sepakat menolakku menjadi karyawan. satu-satunya profesi yang aku kira banyak peluangnya bagiku adalah menjadi guru, dengan beberapa alasan-yang menurutku- tidak serumit profesi yang lain. dalam bayanganku, menjadi guru itu malamnya  baca buku paginya mentransfer apa yang kita baca semalam ke siswa-siswi. maka jadilah aku mengambil kuliah jurusan pendidikan. sebelum lulus kuliah, aku sudah mengajar di salah satu sekolah swasta. tahun-tahun pertama mengajar, apa yang ada dalam bayanganku selama ini ternyata benar. menjadi itu cukup malamnya baca, esok pagi transfer ke siswa-siswi tanpa peduli apakah mereka faham atau tidak, yang penting aku telah melewati 2x35 menit setiap pelajarannya. menjadi guru-saat itu- tidak perlu pusing dengan berbagai macam administrasi, berbagai macam metode ataupun media yang digunakan. namun lama-kelamaan aku merasakan seprtinya ada sesuatu yang kurang dalam proses pembelajaran tersebut. akhirnya kuputuskan untuk pindah mengabdi di sekolah yang menurutku lebih menantang lagi. Alhamdulillah aku diterima di sebuah lembaga pendidikan yang menurutku cukup berkualitas. tahun-tahun pertama aku -yang terbiasa mengajar tanpa menggunkan instrumen- dibuat cukup repot dengan administrasi yang harus dibuat. mulai dari menyusun silabus, prota, prosem, alokasi waktu, rpp, penetapan kkm, dll. Satu semester kulewati dengan kerja keras mencoba menguasai seluruh administrasi yang sebelumnya tidak pernah dibuat dalam proses kbm.   semester berikutnya kupergunakan untuk mengembangkan kemampuanku dalam menyusun adminsitrasi maupun metode mengajar serta media pembelajaran. Menginjak tahun keempat aku menjadi guru di sekolah -di mana aku mengajar saat ini- aku dipercaya untuk menjadi kepala sekolah setelah 2 tahun sebelumnya aku dipercaya menjadi wakil kepsek bidang kurikulum. administrasi, metode pengajaran, media pembelajaran sudah kufahami, bahkan tidak jarang aku mengisi pelatihan maupun memberikan motivasi kepada guru-guru walaupun lingkupnya masih di sekolah sendiri. hanya saja sampai sekarang aku masih terus bertanya-tanya kepada diri sendiri "benarkah aku ini seorang guru?" karena sampai saat ini aku masih merasa ada sesuatu yang belum melengkapi jiwaku sebagai seorang guru. mungkin para kompasianer yang sempat membaca tulisanku punya jawabannya, kira-kira apa mutlak dimiliki oleh seorang guru sehingga membedakannya dengan profesi yang lain????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline