Awal pertama saya menulis di Kompasiana, hati terasa deg-degan, maklum ini pertama kali saya menulis di luar media yang selama ini biasa saya menulis.
Bagaimana tidak, selama ini saya sering menulis di facebook dengan gaya dan materi tulisan sekenanya, dan saat saya melihat tulisan-tulisan di Kompasiana terasa berbeda.
Media sosial seperti facebook memang tidak banyak diisi oleh orang-orang yang suka berbagi artikel dengan sesama penggunanya, mereka, para pengguna facebook, hanya menggunakan media sosial ini sebatas untuk meng update kegiatan-kegiatan keseharian mereka, mem-posting photo, curhat, atau bahkan mengumpat. Yang suka menulis artikel memang ada, tapii paling hanya satu-dua. Atau kalaupun ada yang suka saling berbagi artikel, itu hanya ada di group-group tertentu.
Saya lihat tulisan-tulisan di Kompasiana ini tampil dengan tulisan yang berkualitas baik. Mungkin karena media ini memang dirancang untuk menjadi wadah bagi para penulis artikel sehingga dengan sendirinya menciptakan atmosfir yang cukup untuk mendorong psra penggunanya agar selalu mengunggah tulisan yang bermutu. Pada profil pemilik akun kita bisa melihat statistik yang menggambarkan seberapa baik performa kita, performa yang penilaiannya tergantung dari seberapa baik tulidan-tulisan yang selama ini kita buat.
Ada teori ysng mengatakan bahwa seoramg penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Tentu bacaannya harus buku atau artikel yang bermutu. Artikel-artikel di Kompasiana yang berkualitas baik tentu sangat bermanfaat bagi pembacanya, terlebih bagi penulis. Itulah mengapa saya tertarik untuk menulis di Kompasiana, saya bisa mengasah kemampuan menulis saya di sini, apalagi saya lihat sering ada lombanya, kayaknya saya mau mencoba ikutan, kali aja bisa menang, dapat hadiah lagi.
Saya setuju pada teori yang mengatakan bahwa menulis memiliki efek positif bagi diri penulisnya, memberi ketenangan, kretifitas berpikir, hingga kesehatan. Ini berarti bukanlah hanya sekadar tentang membangun identitas diri -bahwa saya seorang penulis- tapi lebih dari itu menulis kemudian menjadi semacam gaya hidup yang sehat dan menyehatkan.
Di samping efek bagi diri sendiri, hal yang lebih penting lagi menulis harus juga bermanfaat bagi banyak orang. Menulis bukan sekedar menuangkan kata-lata, kalimat, atau pun paragraf. Menulis harus memiliki pesan pencerahan, dan dengan itu kemudian penulis menjadi sosok penting bagi sejarah. Penulis mampu memberi andil dalam menentukan arah perjalanan sejarah manusia di masa yang akan datang. Setidaknya itulah yang selama ini saya yakini.dalam kaitannya menjadi seorang penulis.
Saya berhsrap tulisan-tulisan saya di Kompasiana nanti bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Bisa memberi pencerahan bagi pembacanya, dan bisa memberi solusi bagi berbagai masalah yang ada di tengah masyarakat.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H