Sewindu sudah dan tidak ada satu hari pun berlalu tanpa setup pisang. Porsi yang sama, selalu di mangkuk yang sama, disantap di jam yang sama.
Rasa yang seharusnya kian membosankan, tetapi tidak demikian buat Bapak. Tidak ada celah sedikit pun bagi rasa bosan dalam kesetiaan, tegasnya padaku. Berulang kali.
"Hari ini tidak ada setup pisang. Cukup! Genduk bosan, Pak!" bantahku pada suatu hari, lima tahun lalu. "Kalau Bapak mau, bikin saja sendiri!"
Saat itu Bapak hanya diam. Tidak pula rautnya menampakkan kemarahan atau kekecewaan. Sontak aku berkesimpulan, tidak apa-apa jika sehari atau dua hari tanpa ada setup pisang. Bapak akan baik-baik saja.
Aku lega. Lepas dari kejenuhan membuat setup pisang. Merdeka dari belenggu aroma yang itu lagi, itu lagi--semerbak harum pisang, cengkeh, jahe, kayu manis dan daun pandan yang berpadu.
Terbebas dari cerita yang selalu saja berputar-putar tentang pisang dan keprihatinan. Kisah masa-masa nelangsa.
Jam lima sore, masih di hari yang sama, aku mendapati Bapak duduk di teras. Jam lima sore adalah waktunya menikmati setup pisang. Aku perhatikan pandangan Bapak tidak beralih dari pintu pagar.
"Ibumu belum pulang, ya?" tanya beliau ketika aku mendekat.
"Ibu sudah lama pulang. Bapak lupa?"
"Kalau begitu, sebentar lagi waktunya setup pisang."