Lihat ke Halaman Asli

Ika Mulya

Melarung Jejak Kisah

Cerpen | Dua Rindu

Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Pinterest


#Dua Rindu
Oleh: Ika Mulya

Menangis. Ya, manalah sanggup kutahan tangis, ketika rindu begitu kejam merajam jiwa. Biar saja air mata rebas bebas! Biar luruh bersama ketidakberdayaan! Sungguh, tak pernah aku merasa senelangsa ini, hanya sebab rindu. Bahkan sepenggal senja saja, tak juga mampu kuupayakan menjadi titik persuaan, seperti sedia kala. Pandemi sialan!

"Baru saja Bang Zaki video call, dia tak bisa pulang. Rumah sakit masih membutuhkannya, entah sampai kapan. Sedih sekali aku, Dek. Kau temani Kakak di sini, ya. Jangan dulu kembali ke rumah ayah," pinta Kak Hanna yang tiba-tiba masuk. Dia duduk, lalu memelukku dari samping. Terisak-isak. Bahuku basah karena air matanya.

Hei, tak cuma kau yang dirundung rindu, Kak! Lihat juga air mataku ini! Bahkan jatuh lebih deras. Ah sayang sekali, aku hanya bisa merutuk dalam hati. Tidak mungkin berkata bahwa aku juga merindukan suaminya. Ingin sekali berjumpa Bang Zaki, mengulang pertemuan-pertemuan rahasia. Sekadar melarung selaksa desah atas nama cinta.

Tamat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline