Lihat ke Halaman Asli

Mulya

General Practitioner

Disrupsi Digital dan Literasi Digital Kaum Milenial

Diperbarui: 25 Agustus 2022   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Internet hadir mengubah semua kebiasaan lama manusia, mulai dari cara berkomunikasi, belajar, mencari informasi, belanja, bertransaksi, bahkan sampai mencari pasangan hidup. Tidak dapat dipungkiri kehadiran internet sangat membantu untuk memudahkan kehidupan kita, akan tetapi tentu saja semua hal yang positif pasti memiliki beberapa hal negatif, termasuk Internet.

Internet memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan kerabat yang jauh, namun terkadang tanpa kita sadari internet terkadang juga menjauhkan kita dengan kerabat kita yang dekat. Internet memberikan kita berbagai informasi yang kita butuhkan, tetapi sangat disayangkan informasi yang ada di internet juga banyak yang tidak benar.

Algoritma media sosial memberikan kita informasi yang kita inginkan bukan apa yang kita butuhkan. Bias adalah hal yang paling sering terjadi, karena algoritma mempelajari apa yang ada didalam pikiran kita dengan membaca kebiasaan kita saat menggunakan internet kemudian algoritma akan memberikan informasi hanya untuk mengonfirmasi apa yang sudah ada dalam pikiran kita. Internet memberikan informasi kepada kita hanya untuk pembenaran bukan untuk memberitahukan kebenaran.

Bangsa Indonesia dapat bersatu dengan internet, sistem lembaga pemerintahan dapat berjalan dengan sangat baik dan sangat transparan dengan adanya internet, sistem pendidikan dapat berjalan dengan sangat baik dengan adanya internet. Tapi, bangsa Indonesia juga dapat terpecah belah dengan adanya internet. Polarisasi adalah sebuah sistem dimana algoritma mengelompokkan kita berdasarkan minat dan kegemaran kita. Sistem ini dibuat oleh perusahaan-perusahaan tertentu salah satunya agar kita betah menggunakan internet secara terus-menerus sehingga perusahaan-perusahaan tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Informasi yang kita dapatkan tidaklah berimbang, dimana algoritma hanya memberikan kita informasi yang kita sukai. Misalnya, kita lebih menyukai "A" dari pada "B", maka algoritma akan memberikan kita informasi secara terus-menerus tentang "A" termasuk segala kelebihan yang dimilikinya. Tidak sampai disitu algoritma akan memberikan informasi kepada kita tentang kekurangan yang ada pada "B" sehingga membuat kita lebih meyakini bahwa "A" lebih baik dari pada "B" padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu.

Ini sudah pernah terjadi ketika kita memasuki masa pemilihan presiden pada tahun 2019 lalu. Ketika itu bangsa Indonesia terpecah menjadi dua bagian. Satu bagian pendukung "Joko Widodo -- Ma'ruf Amin" dan satu bagian lagi pendukung "Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno". Pendukung "Joko Widodo -- Ma'ruf Amin" mendapatkan informasi tentang Joko Widodo -- Ma'ruf Amin termasuk segala kelebihan yang dimilikinya dan memberikan informasi tentang segala kekurangan yang dimiliki oleh Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno, begitu pula sebaliknya pada pendukung Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno. Padahal  kedua pasangan capres dan cawapres tersebut adalah putra-putra terbaik bangsa.

Polarisasi ini juga terjadi ketika kita mengalami Pandemi Covid-19. Masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu masyarakat yang mempercayai Covid-19 beserta vaksinasi untuk mencegahnya dan masyarakat yang tidak mempercayai Covid-19 serta anti terhadap vaksinasi. Masyarakat yang mempercayai Covid-19 mendapatkan segala informasi tentang Covid-19, mulai dari penyebabnya, gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi, mekanisme penularannya sampai vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya Covid-19. Tetapi berbeda pada masyarakat yang sedari awal tidak mempercayainya, mereka mendapatkan informasi yang mengatakan bahwa Covid-19 itu tidak benar dan Covid-19 itu hanyalah tipu daya industri farmasi untuk menjual produk vaksin yang mereka buat.

Itu adalah dua contoh polarisasi  dari internet yang dapat memecah belah bangsa kita. Kita tidak dapat menolak hadirnya internet dan teknologi digital, karena walau bagaimanapun internet dan teknologi digital memiliki banyak manfaat bagi hidup kita. Yang harus dan penting untuk kita lakukan adalah meningkatkan literasi digital dan berpikir kritis agar kita terhindar dari berbagai informasi yang salah.

Literasi digital adalah pengetahuan ataupun kemampuan kita dalam menggunakan media digital yang mana salah satunya adalah internet. Semakin tinggi literasi digital yang kita miliki maka semakin besar kemungkinan kita terhindar dari informasi yang salah ataupun berita bohong. Tidak hanya sampai disitu, literasi digital juga harus berdampingan dengan pola berpikir kritis, sehingga saat kita mendapatkan sebuah informasi dari internet kita akan menyaring terlebih dahulu informasi tersebut dengan cara memeriksa keakuratan informasi tersebut, apakah informasi tersebut berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan apakah informasi tersebut berasal dari orang yang kompeten dibidangnya. Sebelum mengambil kesimpulan dari suatu informasi, kita juga perlu  membandingkan informasi dari satu sumber yang kredibel dengan sumber lainnya. Dengan begitu, kita dapat terhindar dari sebuah informasi yang salah.

Setelah literasi digital kita cukup baik, barulah kita dapat berbicara tentang disrupsi digital. Kita tidak bisa berharap disrupsi digital dapat berjalan dengan baik apabila literasi digital kita masih sangat rendah. Disrupsi digital sangat diperlukan di era seperti sekarang ini dimana hampir semua orang menggunakan internet. Disrupsi digital membuat segala pekerjaan menjadi lebih efisien. Dalam sistem pemerintahan disrupsi digital membuat segala informasi menjadi lebih transparan. Korupsi, kolusi dan nepotisme dapat dihapuskan dengan transparansi yang bisa diwujudkan melalui disrupsi digital. Dalam sistem perbankan transaksi keuangan dapat dilakukan dengan mudah dan bisa dilakukan dimanapun melalui disrupsi digital, kita tidak perlu lagi memegang uang fisik untuk melakukan transaksi jual beli. Semua bisa dilakukan hanya menggunakan internet dan sebuah ponsel pintar. Sistem pendidikan juga dapat dibuat menjadi lebih efisien dengan disrupsi digital, bahkan beberapa tahun kedepan mungkin kita tidak membutuhkan lagi gedung-gedung sekolah dan universitas untuk belajar. Semua bisa diakses dari dalam rumah, didalam kamar.

Teknologi digital membuat hidup kita menjadi lebih mudah, efektif dan efisien. Untuk mencapai semua itu tentunya kita harus meningkatkan literasi digital kita menjadi lebih baik. Karena jika literasi digital kita rendah bukan kemudahan yang kita dapatkan melainkan perpecahanlah yang akan kita dapatkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline