Lihat ke Halaman Asli

Mulyadi Handoko

Rasa yang terkuak

Politik Indonesia: Biaya Tinggi Implikasi jabatan

Diperbarui: 1 Juni 2024   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Politik Indonesia adalah arena luas yang diwarnai berbagai intrik dan perjuangan. Namun, ada satu kenyataan yang tak dapat disangkal: politik di negeri ini teramat mahal. Biaya politik yang tinggi telah menciptakan sebuah lingkaran setan di mana jabatan-jabatan penting, dari menteri hingga kepala desa, menjadi alat tukar untuk kompensasi biaya politik sebelumnya. Akibatnya, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) semakin sulit diberantas.

Biaya Politik dan Dampaknya

Untuk memahami betapa mahalnya politik Indonesia, bayangkan seorang calon menteri yang harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mendanai kampanye politik. Mereka harus membayar konsultan politik, biaya iklan, hingga sogokan-sogokan tak resmi untuk memastikan kemenangan. Setelah berhasil menduduki jabatan, ada tekanan besar untuk "mengembalikan modal". Inilah yang sering kali memicu praktik korupsi, karena mereka merasa perlu memanfaatkan jabatannya untuk mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan.

Di tingkat yang lebih rendah, kepala desa pun tidak terlepas dari hal ini. Dalam beberapa kasus, biaya untuk menjadi kepala desa bisa mencapai ratusan juta rupiah. Mereka yang terpilih seringkali merasa terikat hutang budi dan keuangan yang perlu dilunasi, sehingga praktik-praktik KKN menjadi jalan pintas yang sulit dihindari.

Implikasi Jabatan: Dari Menteri hingga Kepala Desa

Jabatan menteri, yang seharusnya menjadi posisi untuk mengabdi kepada negara, sering kali berubah menjadi alat untuk mencari keuntungan pribadi. Ketika jabatan-jabatan tersebut diperdagangkan dan dijadikan alat untuk mengembalikan biaya politik, integritas pemerintahan terancam. 

Di tingkat daerah, kepala daerah yang seharusnya menjadi pilar pemerintahan lokal, juga terjerat dalam siklus ini. Mereka yang sudah mengeluarkan banyak biaya untuk menjadi bupati atau wali kota akan berusaha semaksimal mungkin untuk "mengembalikan investasi" mereka. Tak jarang, proyek-proyek daerah menjadi ajang bagi pejabat untuk mengeruk keuntungan pribadi.

Menuju Sederhana: Reformasi Sistem Politik

Untuk meminimalisir KKN, diperlukan reformasi sistem politik yang mendasar. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menyederhanakan proses pemilihan pejabat publik, dari kepala desa hingga presiden. Reformasi ini bisa mencakup beberapa hal berikut:

1. Penguatan Transparansi dan Akuntabilitas:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline