Lihat ke Halaman Asli

Mulyadi A SPd

Guru PPPK, Ketua PKBM AT-TARIQ, Penulis

Bara Hati yang Menjerit

Diperbarui: 7 November 2023   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumetasi Uda Mula

Bara Hati Yang Menjerit

Ku tepis badai yang mengelora, suasana pagi mengusik jiwaku yang kosong tak berarah dengan sapaan yang tidak pantas bagi pahlawan tanpa tanda jasa. Duhai ananda cobalah kau pandang rawut wajah hamba yang semberaut tak bercahaya dihadapi dengan masalah tidak terkira. Gumam pahlawan tanpa tanda jasa, tersentak menjerit di dalam hati menghadapi siswa-siswanya yang kurang berbudi pekerti. Itulah yang terucap oleh sang pahlawan pagi itu. Dipagi yang cerah, disela-sela hiruk pikuk siswa-siswa bermain riang gembira menyambut jam istirahat yang selalu dinanti-nanti. Saat itu Pahlawan tanpa tanda jasa masih mengajar di kelas V A yang sudah menjadi tangung jawabnya membelajarkan siswa, membentuk budi pekerti atau karakter peserta didiknya menuju berkarakter terpuji sesuai dengan cita-cita kurikulum merdeka.

Membentuk karakter peserta didik merupakan amanah dari penerapan profil pelajar pancasila, hingga penerapan nilai-nilai pancasila dalam keseharian para peserta didik yang merupakan salah satu norma yang ada di sekolah dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila di Kelas V.

Membara sudah hati sang pahlawan tanpa tanda jasa menghadapi siswanya yang sopan dengan perkatan menyayat, mengiris hati yang paling dalam. Jatuh berderai kedalam air mata memendam rasa serta menelan jeritan hati yang melelehkan jiwa.

"Diam-diam"..., dan terpaku

Urut-urut dada pahlawan tanpa tanda jasa, merefleksi diri. Apa kurangnya hamba sebegini sopannya ananda/ siswa hamba. Tidak habis pikir pahlawan tanpa tanda jasa. Sudah mencoba meredam suasana namun suasana semakin tidak terkendalikan. Pada akhiranya pahlawan tanpa tanda jasa hanya terhenyak duduk diam tidak berkata sambil merenung dimeja dan kursi tempat biasanya dia duduk.

"Kenapa bapak diam saja pak!"

 Sela dari seseorang siswa yang tidak begitu terbawa suasana yang tidak karuan itu. 

Pahlawan tanpa tanda jasa menjawab "maaf nak!".Bukannya bapak tidak mampu membendung susana ini. Coba kamu bayangkan hampir 30 orang yang akan bapak tenangkan yang mulutnya komat-komit membaca yang tidak karuan tanpa menghiraukan apa perkataan dari bapak. Bagaikan perang yang sedang berkecamuk. 

"Kamu dengarkan....!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline