Lihat ke Halaman Asli

Bisnis Online: Mulai dari Bisa Naik Haji, sampai Jadi Eksportir

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Alhamdulillah, akibat punya toko online, saya jadi bisa punya cukup tabungan untuk daftar naik haji," cerita Rera, pemilik Toko Mukena (http://tokomukena.multiply.com).  "Dengan mendayagunakan jaringan sosial yang ada di situs tersebut, produk yang saya jual langsung terlihat oleh begitu banyak pengunjung Multiply.  Punya toko online di Multiply, saya jadi tidak usah bikin web pribadi, pakai saja fasilitas gratis yang ditawarkan di situs tersebut," lanjutnya.

Bila Rera menjual mukena dan jadi bisa naik haji, lain keuntungan yang dipetik oleh Samuel Ongkowijoyo, pemilik bisnis jasa percetakan dan perakitan paper craft, http://kertaskukertasku.multiply.com, mengatakan bahwa berkat eksistensi toko online-nya yang menarik, representatif dan eye-catching, pintu peluang menuju pasar ekspor pun terbuka.  Produknya bukan saja telah merambah  berbagai daerah di Indonesia (Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali bahkan Papua), namun juga pasar internasional, mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Brasil, Jerman dan Spanyol.

Seperti halnya bisnis lainnya, mendirikan bisnis online juga memerlukan kerja keras dan kegigihan demi menuai keberhasilan.  Dengan semakin meluasnya penetrasi Internet di Indonesia, semakin besar pula peluang pengembangan kewirausahaan, khususnya secara online.  Bila dijabarkan ada beberapa alasan mengapa bisnis online adalah alternatif yang menggiurkan.  Pertama, nilai investasi relatif rendah; investasi utama hanya untuk barang yang dijual, tidak perlu biaya besar untuk membangun toko ataupun sewa lapak tahunan.  Kedua, modal kerja utama hanyalah sambungan Internet, komputer serta barang dan jasa yang ditawarkan.  Resiko investasi bisnis online pun rendah, pemilik bisnis bebas berimprovisasi untuk menemukan produk yang paling 'pas' dan cara terbaik untuk memasarkan bisnisnya.  Jumlah pengguna Internet yang sudah mencapai 45 juta pengguna merupakan alasan keempat: potensi pelanggan mencapai jutaan orang.  Kelima, biaya pendirikan 'toko' rendah, bahkan ada platform e-commerce yang sama sekali tidak membebankan biaya registasi ataupun pendirian toko.  Biaya operasional toko online pun dapat ditekan.  Selama bisnis masih dalam tahap pengembangan, tim pengelola bisa seminimal mungkin.  Hingga sekarang, ada beberapa toko online yang pengelolanya hanya dua hingga tiga orang namun sudah mencetak transaksi hingga puluhan juta tiap bulannya.  Terakhir, bisnis online memiliki pilihan metode pemasaran yang beragam.  Wirausahawan yang Internet savvy kini semakin lihai dalam menggunakan berbagai jaringan sosial dan forum untuk mempromosikan bisnisnya secara gratis untuk meraih pembeli (dan bahkan komunitas yang relevan).

Di Indonesia sendiri, dengan berkembangnya minat dalam memaksimalkan potensi wirausaha online, mulailah berdatangan berbagai macam penyedia layanan e-commerce.  Salah satu pemain yang patut diperhitungkan adalah Multiply.com.  Multiply sendiri bukanlah barang baru di Indonesia.  Situs pertemanan yang mengedepankan fitur saling berbagi seperti blog, foto dan video tersebut sudah eksis dan mengakar di negeri ini sejak dirilis tahun 2004.  Pada masa tersebut, Multiply aktif digunakan oleh para pekerja kreatif, jurnalis, pekerja kantoran dan juga orang Indonesia yang sedang bersekolah ataupun bekerja di luar negeri untuk saling berhubungan.  Mulai pertengahan 2007, populasi pengguna Multiply pun semakin beragam, kali ini diperkaya dengan mereka yang menggunakan platform social network tersebut untuk berjualan.  Populasi pengguna yang berjualan pun terus menerus bertambah, akibatnya, Multiply pun mengalihkan fokusnya menjadi perusahaan e-commerce yang tetap mempertahkan aspek jaringan sosialnya dengan dukungan dari investor asal Afrika Selatan, Naspers MIH.  Dua kantor cabang pun didirikan di dua negara yang perkembangannya paling pesat, yaitu Filipina dan Indonesia.

Dengan perkembangan kegiatan jual-beli yang begitu pesat di Multiply, Mei 2011 lalu situs tersebut melansir platform e-commerce, Multiply Commerce.  Bersama dengan platform tersebut, hadirlah infrastruktur dan fitur yang komprehensif namun gratis untuk digunakan dalam mengelola dan mengembangkan bisnis online sang penjual, serta mempermudah proses belanja.  Stock room, misalnya, mempermudah proses pengunggahan foto dan informasi barang yang dijual.  Semua catatan transaksi tersentralisasi, sehingga tidak akan ada pesanan yang terlewat.  Semua produk yang menggunakan product listing akan ter-display di halaman utama Multiply, menjadikannya lebih terlihat bagi calon pelanggan.  Bila pelanggan hendak melakukan pembelian, mereka tinggal men-klik tombol “Beli Sekarang” dan otomatis barang masuk ke Keranjang Belanja.  Mereka dapat mengujungi toko online lain dalam Multiply, melakukan proses yang sama, lalu melakukan pembayaran sekaligus berkat sistem pembayaran yang sudah terintegrasi.   Pembayaran selesai dilakukan, penjual pun mengirimkan barang pesanan ke partner logistik untuk mengirimkan barang.  Proses belanja mudah, nyaman dan aman pun jadi nilai tambah di Multiply.  Ditambah lagi, Multiply menawarkan perlindungan pembeli bagi produk-produk yang ditawarkan oleh online seller yang sudah diverifikasi sebagai penjual terpercaya.

Multiply kini memiliki 2 juta akun terdaftar (50.000 diantaranya adalah online seller).  Halaman Multiply.com dikunjungi oleh setidaknya 7 juta orang tiap bulannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline