Saya termasuk orang yang tidak masalah dengan orang bertato, malah cenderung suka. Apalagi ketika mempunyai teman bertato tapi ia mempunyai jiwa sosial tinggi. Bangga berteman dengan orang seperti ini.
Kalau dulu tato selalu identik dengan hal negatif, tapi tidak pada jaman sekarang. Masyarakat sudah mulai menerima kehadiran orang bertato disekeliling kita. Tato sudah menjadi salah satu jenis seni. Tentu dengan segala pro dan kontra.
Karena sifatnya yang permanen --meski ada juga yang temporer- menurut saya tato harus bagus dari segi hasil. Jika anda memutuskan ingin mempunyai tato, pastikan hasilnya bagus. Jangan pernah tubuh kamu ditato asal-asalan, apalagi dijadikan trial dari sahabat kamu yang kebetulan punya alat tanpa memiliki seni melukis yang bagus.
Jangan pernah menyesal karena yang diinginkan gambar tengkorak danger, hasilnya wajah nenek-nenek. Pingginnya gambar buaya seram, malah yang ada tokek ngemut mbako.
Untuk antisipasi penyesalan dikemudian hari, cobalah hindari mentato diwilayah wajah. Dan tentu kamu harus tahu konsekwensi dari orang bertato, jangan sampai pikir keri.
Konsekwensi Tato
Semua pilihan ada konsekuensinya, begitu juga memilih mentato tubuh. Konsekuensinya seperti;
Kamu harus siap jika tidak bisa kerja di sektor formal. Stigma atas tato masih cukup kental di masyarakat Indonesia. Banyak atasan ditempat kerja melihat tato sebagai tabu dan tidak pantas.
Pada sektor informal, orang bertato lebih diterima. Misalnya pekerja seni, olahragawan, dan dunia hiburan.
Bisa saja ada pekerjaan formal yang bisa menerima orang bertato, misalnya sipir penjara. Kamu bisa coba kesini.