Material konstruksi menjadi penting dalam sebuah proyek konstruksi, termasuk dalam proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia yang terus bertumbuh. Indonesian Construction Market Outlook (IMCO) 2023 memprediksi bahwa total proyek konstruksi (proyek gedung dan sipil, tidak termasuk migas) tahun 2023 meningkat sebesar 5,78% dibanding tahun lalu. Artinya kebutuhan material seperti beton, pasir, semen, batu, dan material proyek lainnya juga ikut meningkat.
Salah satu lini bisnis yang berpotensial untuk dikembangkan adalah produksi beton, baik yang pracetak maupun prategang. Dilansir dari pu.go.id, potensi penggunaan beton dalam konstruksi infrastruktur sektor sumber daya air adalah sebesar 80%, untuk sektor permukiman sebesar 60%, sektor perumahan sebesar 60%, dan sektor jalan dan jembatan sebesar 56-71%.
Potensi meningkatnya kebutuhan material beton ini dibarengi dengan tantangan baru yang harus dipecahkan oleh perusahaan batching plant, selaku produsen beton. Tantangan ini berkaitan dengan kualifikasi material yang dibutuhkan di pasar industri konstruksi.
Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan akan ada tiga tren kebutuhan material beton dalam pembangunan infrastruktur kedepannya, yakni mencakup berbiaya terjangkau, berkualitas tinggi, dan cepat diproduksi.
Herry Trisaputra Zuna selaku Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian PUPR dalam seminar daring menjelaskan bahwa material konstruksi dengan biaya terjangkau akan menjadi bahan konstruksi utama. Harga beton yang terjangkau memungkinkan pemerintah mengalokasikan dana untuk membangun lebih banyak infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kemudian, terkait tren kebutuhan material konstruksi yang berkualitas tinggi, penggunaan kualitas beton yang baik akan menjamin keamanan dan keberlangsungan infrastruktur dalam jangka panjang serta mengurangi biaya perawatan dan perbaikan yang mungkin diperlukan pada masa depan.
Tren kebutuhan material konstruksi yang ketiga adalah kebutuhan material yang cepat diproduksi. Tersedianya material dengan cepat akan memberikan efek positif bagi kecepatan pengerjaan konstruksi. Di sisi lain, kecepatan pengerjaan konstruksi juga menjadi kunci untuk mengurangi dampak yang terjadi selama proses konstruksi, sehingga dapat segera memberikan manfaat bagi masyarakat. Urgensi ini yang membuat kontraktor memerlukan perusahaan batching plant yang mampu memenuhi jumlah beton yang kontraktor butuhkan dengan cepat.
Perusahaan batching plant dituntut untuk mampu mengimplementasikan ketiga tren tersebut agar dapat bersaing dalam bisnis konstruksi. Oleh karenanya, perusahaan batching plant perlu mengubah siklus operasional dan produksi beton agar dapat menghasilkan beton berkualitas baik dengan cepat dan efisien.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mengoptimalkan bisnisnya adalah dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan. Perusahaan dapat melakukan pengurangan biaya dengan mengefisiensikan pekerjaan operasional, produksi hingga distribusi. Dengan mengkombinasikan antara teknologi dan manusia, maka suatu pekerjaan dapat dikerjakan secara lebih efisien dan efektif.