Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Indeks Nilai Tukar Petani

Diperbarui: 25 April 2018   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Salah satu indikator strategis yang dirilis oleh BPS secara rutin adalah indeks nilai tukar petani (indeks NTP). Mulai Desember 2013, tahun dasar perhitungan indeks NTP adalah tahun 2012 (2012=100). Melalui indeks NTP, dapat diketahui berapa nilai yang harus dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya dan berapa nilai yang diterima petani sebagai hasil dari usaha pertaniannya. Jika angka indeks NTP sama dengan 100, berarti nilai yang dikeluarkan oleh petani sama dengan nilai yang dibayarkan oleh petani. Jika angka indeks NTP < 100, berarti nilai yang dikeluarkan petani lebih besar daripada nilai yang diterima petani. Jika angka indeks NTP > 100, berarti nilai yang dikeluarkan petani lebih kecil daripada nilai yang diterima oleh petani. Pada bulan Maret 2018, indeks Nilai Tukar Petani adalah sebesar 101,94. Angka ini mengandung arti bahwa nilai yang diterima petani lebih besar dibandingkan nilai yang harus dikeluarkan oleh petani.

Berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi April 2018, pada bulan Maret 2018 NTP turun 0,39 persen dibanding Februari 2018. Pada periode Juni - November 2017, indeks NTP terus mengalami peningkatan, dan pada periode Desember 2017 - Maret 2018, indeks NTP mengalami penurunan. 

grafik-ntp-5adfd06cdd0fa80c3954c043.png

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi besaran nilai tukar petani, antara lain inflasi dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk memenuhi ongkos produksinya. Seharusnya ongkos produksi dapat ditekan dengan adanya beragam program bantuan pemerintah untuk petani. Subsidi pupuk dan penyaluran bibit gratis adalah beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk membantu petani menekan ongkos produksi.

Selain itu, diperlukan pula adanya pembinaan kepada petani yang tepat sasaran, sehingga petani dapat menghasilkan produksi pertanian yang optimal. Penyaluran alat mesin pertanian (alsintan) dan penggunaan teknologi pertanian juga menjadi opsi yang tepat, sehingga petani dapat mempersingkat waktu pengelolaan lahan. Dengan demikian, maka nilai yang diterima petani seharusnya bisa menjadi lebih baik.

Yang tak kalah pentingnya adalah adanya kesungguhan dari petani untuk membantu pemerintah memajukan sektor pertanian, sehingga terjadi hubungan timbal balik. Kesungguhan dari petani dapat dilakukan dengan terus menerus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan terkait pertanian.

Misalnya terus menambah wawasan bagaimana cara untuk menghasilkan produksi pertanian yang optimal dan berkualitas, mempelajari inovasi dan teknologi terbaru, mempelajari bagaimana menggunakan dan memanfaatkan alat mesin pertanian, dan banyak cara lainnya. Disinilah peran Kelompok Tani dapat dimaksimalkan untuk membantu seluruh anggotanya.

Adapun inflasi, berpengaruh kepada nilai barang dan jasa yang harus dibayar petani untuk pengeluaran konsumsinya. Semakin tinggi inflasi maka semakin besar nilai yang harus dibayar petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Sejatinya indeks NTP menggambarkan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di Indonesia. Besarnya nilai NTP juga dapat memperlihatkan bagaimana prospek sektor pertanian di Indonesia. Sebagai salah satu sektor kunci dan penopang sektor-sektor lainnya, seharusnya sektor pertanian adalah sektor dengan prospek yang baik dan menjanjikan. Jika petani sejahtera, sektor pertanian akan semakin maju. Semakin maju sektor pertanian, maka swasembada pangan seharusnya bukan hal mustahil yang pada akhirnya akan bermuara pada kesejahteraan penduduk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline