Lihat ke Halaman Asli

Muliana Adigunawan

Penulis amatir yang terus meng upgrade diri.

Gagal Bernalar (Bagian 6)

Diperbarui: 13 Juni 2023   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Nasehat dari "kakek budi"  


"Pohon pisang tidak akan mati walau dipotong berkali kali, dia akan tumbuh lagi sebelum dia menghasilkan buah , tapi saat dia sudah berbuah dia akan dengan sendirinya mengundurkan diri, dan menjadikan dirinya pupuk yang berguna untuk generasi selanjutnya." "


Di dalam kamar ukuran 3x3 meter, yang dihuni merta dan keluarga kecilnya itu, yang kini tingkat keluasannya terasa makin sempit dan sesak saja, didalam sebuah lamunannya pak merta,pikirannya memberikan sinyal-sinyal lewat kekhawatiran kecilnya akan masa depan putra putri mereka, bukan hanya urusan perut sahaja yang menjadi pokok permasalahannya kini, tetapi juga tempat tinggal.

Walau dia mengganggap sepele masalah kebiasaan sehari-hari tidak mandi saat musim hujan tiba,karena air sungai yang dia jadikan kamar mandi itu mengalami kebanjiran.dari kebiasaan itu, sehingga kini terukir pula hiasan-hisan kecil pada tubuhnya dalam bentuk kurap dan kudis karena jaman(jarang mandi) yang menjadi peran pembantu membangkitkan karakter orang misquiin yang diperankannya dalam real life(kenyataan hidup) yg honor dari peran itu, di bayar oleh penonton nya melalui sindiran manis,


"Wah pak merta hebat, walau ekonomi sedang sulit, tapi masih bisa bertato dilengannya !!!(menunjuk kudis dan kurap ditubuh pak merta) "


Sambil tertawa, pak merta pun cuma bisa tertunduk malu, sambil tersenyum membalas penilaian itu. Tapi jauh didalam bathinnya dia berkata"sabar, ini cuma sindiran tetangga yang suka menilai orang lain melalui penglihatan sahaja. Tapi tidak dicari tahu akar penyebabnya.walau Sebagian ada yang mau menelusuri lebih dalam penyebab munculnya  tato itu, dibentuk oleh alam karena malas menjaga kebersihan diri. itu benar, tapi jawaban itu masih keliru dan belum menemukan dasarnya.

apakah dasar dari kemalasan??itu yang sebenarnya patut diteliti lebih dulu, supaya tidak gagal bernalar,, , ,!sambung pak merta didalam hatinya, "sambil memunculkan kilas balik dirinya yang tidak mandi dimusim hujan, karen air sungai yang meluap dan berwarna coklat. " Lalu membandingkan nasib nya dengan orang lain yang sudah memiliki kamar mandi dirumah mereka yang hidupnya lebih simple dan mudah, berbeda dengan perjuangannya, yang kadang sepulang mandi dari sungai tubuhnya berkeringat lagi, karena jauhnya jarak dari sungai kejalan besar.
Nasib.. . !! ! (Keluhnya didalam hati,)
Hemmm.. . !!! (Kembali bersyukur, karena ingat akan kesembuhannya dulu dari sakit keras) .

****


Ditengah lamunannya itu, yang ditemani secangkir kopi, merta yang duduk diteras rumah dengan tangan diletakkan di dagu itu, dihampiri oleh ayahnya, "kakek budi" (Disebut kakek karena sudah punya cucu, dan umurnya sudah tua)
"Ning, kenapa bengong?? "(Sambil tersenyum dan duduk disampingnya,auranya begitu tenang dan terlihat kerutan yang terpatri didiwajahnyanya menggambarkan seberapa besar asam garam yang telah dilaluinya menjalani kehidupan,)
"Yeah, nanang" Ucap merta, (sambil sungkem  kepada orang tuanya) .

(Note:cening,ning=anak, nanang,nang=ayah)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline