Lihat ke Halaman Asli

irma mulazimatul hidayah

pelajar/mahasiswa Universitas Airlangga

Penyebab dan Upaya untuk Meningkatkan Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi Layak

Diperbarui: 12 September 2023   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup yang menjadi salah satu unsur keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Disamping itu air juga memiliki arti penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Manusia memiliki ketergantungan terhadap air bukan hanya untuk kebutuhan domestik rumah tangga saja, namun juga untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti kebutuhan produksi, kebutuhan industri dan yang lainnya. Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air sesuai kebutuhan sehari-hari guna menciptakan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain syarat kualitas, penyediaan air juga harus memenuhi kriteria kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan. Kendala utama yang dihadapi adalah ketersediaan air yang jumlah dan kualitasnya kian menurun. Indonesia dengan luas total teretorinya mencapai 1,9 juta mil merupakan negara dengan daerah area tangkapan hujan yang besar. Akan tetapi dari 21,12 mm/tahun volume air di udara yang jatuh sebagai hujan, hanya 25 persen saja yang tertampung dalam waduk, sungai, dan danau. Sedangkan 72 persennya terbuang terbuang ke laut. Sekitar 3 persennya dimanfaatkan untuk keperluan domestik dan pertanian.

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan mengakibatkan kurangnya kemampuan alam dalam menampung cadangan air. Jumlah air yang harusnya menyerap ke dalam tanah terhalang oleh beton dan aspal sehingga air tidak bisa mengalir ke dalam pori-pori tanah dan batuan. Demikian pula dengan sungai, waduk, dan tanah yang semakin dangkal menyebabkan tampungan air menurun, sehingga air dari larian tersebut tidak hanya melintasi pola alaminya saja, akan tetapi juga mengalir ke luar tampungan dan menyebabkan genangan atau banjir. Selain pentingnya air bersih bagi manusia, sanitasi yang baik dan layak pun juga diperlukan. Sanitasi merupakan salah satu aspek dasar, mewujudkan hal tersebut diperlukan pengkajian secara baik dan benar serta memperhatikan fakor lain yang mempengaruhi pelaksanaan sanitasi. Pembangunan sanitasi yang dibiarkan dan diabaikan dampak yang luas terutama pada kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Sanitasi juga merupakan tujuan nomor 6 pada era Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu untuk memastikan akses universal air bersih dan sanitasi bagi masyarakat. Karena kondisi sanitasi yang buruk bisa berpengaruh seperti gangguan saluran pencernaan dan menyebabkan potensi stunting pada anak. Maka dari itu, air bersih dan sanitasi yang layak menjadi salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh manusia.

Pembahasan

Pemenuhan air bersih dan sanitasi layak sendiri merupakan salah satu poin yang terdapat dalam SDGs yang mempunyai arti terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Faktor yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan hal tersebut seperti terjadinya musim kemarau, perubahan iklim menurut Intergrovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yaitu perubahan sifat dan variabilitas iklim yang berlangsung lama, dapat diidentifikasi menggunakan uji statistikal dari parameter-parameter iklim. Perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak yang dapat merubah komposisi atmosfer secara global. Peningkatan gas-gas rumah kaca menjadi salah satu pemicu terjadinya perubahan iklim, meskipun kenaikan suhu udara kelihatannya kecil, akan tetapi beberapa tempat ekosistem atau masyarakat tertentu sangat rentan. Peningkatan suhu pada gilirannya akan mengubah pola dan distribusi curah hujan, kecenderungannya adalah daerah kering akan menjadi semakin kering dan daerah basah akan menjadi semakin basah sehingga kelestarian sumber daya air akan terganggu.

Dampak yang paling dirasakan akibat perubahan iklim sekarang adalah anomali iklim, dimana musim hujan berlangsung lebih singkat dengan intensitas yang meningkat dan musim kemarau yang berlangsung lebih lama. Air hujan yang turun dengan intensitas  yang tinggi tidak mampu ditampung oleh badan air sehingga mengalir kearah laut dan musim kemarau yang relatif lebih panjang mengakibatkan kekeringan. Banyak orang masih beranggapan bahwa ketersediaan air masih melimpah, padahal ketersediaan air semakin terancam akibat alih fungsi lahan dan perubahan iklim. Seperti halnya sanitasi buruk menimbulkan berbagai kerugian, seperti kerugian finansial dimana minat wisatawan asing ke Indonesia berkurang, ekspor udang terhambat karena produknya mengandung bakteri e-coli. Kerugian lainnya yaitu peningkatan biaya kesehatan, pemborosan waktu, dan penurunan produktifitas di tingkat rumah tangga. Sanitasi buruk juga berakibat terhadap kerusakan lingkungan yang berpengaruh pada penurunan kualitas kehidupan, sanitasi yang buruk juga diyakini menjadi penyebab utama dalam kasus kematian.

Diare menjadi penyebab tingginya angka kematian, tetapi sebagian besar kasusnya bisa dicegah. Selain penyakit diare, sanitasi yang buruk rentan menyebabkan kekurangan gizi atau stunting, penyakit kolera, infeksi pernapasan akut, schistosomiasis dan demam tifoid. Maka dari itu diperlukan penanganan yang baik agar hal-hal tersebut dapat teratasi. Adapun upaya yang harus kita lakukan untuk mengatasi ataupun melakukan pencegahan kurangnya air bersih yaitu dengan adanya fasilitas air bersih dari pemerintah, program pengadaan air bersih tersebut terbagi atas sumber dari dana desa atau bantuan kabupaten setempat. Untuk upaya mengatasi permasalahan sanitasi yaitu dengan tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan makanan dan minuman, pengamanan sampah serta pengamanan limbah cair rumah tangga.

Sanitasi lingkungan juga harus diperhaikan, terutama sarana air bersih, sumber air minum, kondisi jamban, dan saluran pembuangan limbah. Diare merupakan penyakit yang sering terjadi apabila lalai terhadap air bersih dan sanitasi layak, diare adalah gangguan buang air besar yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan ciri-ciri tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender. Penyakit diare ditularkan melalui makanan, air, dan lainnya. United Nations Children's Fund (UNICEF) menyatakan bahwa satu dari sepuluh anak di dunia meninggal akibat diare pada tahun 2015. Diare pada anak balita diakibatkan oleh faktor perilaku contohnya pemberian ASI tidak eksklusif dan faktor lingkungan contohnya sanitasi dan personal hygiene yang tidak baik.

 

Kesimpulan

Berdasarkan uraian-urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masih minimnya jumlah air bersih dan sanitasi yang layak bagi masyarakat sekitar. Banyaknya faktor yang melatarbelakangi sedikitnya air bersih seperti, kurangnya tampungan air sehingga mengalir tidak sesuai aliran dan mengakibatkan terjadinya kemarau panjang. Adapun juga sanitasi yang masih buruk sehingga mengakibatkan terjadinya stunting atau kekurangan gizi pada anak-anak, dan juga menjadi penyebab penyakit diare, kolera, infeksi pernapasan akut, schistosomiasis dan demam tifoid. Penyakit diare sendiri merupakan penyebab tingginya angka kematian. Sehingga kita harus memiliki upaya peningkatan air bersih, seperti adanya fasiltas air bersih dari pemerintah. Untuk upaya peningkatan sanitasi yang layak yaitu dengan tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan makanan dan minuman, pengamanan sampah serta pengamanan limbah cair rumah tangga. Sanitasi juga harus diperhatikan, terutama sarana air bersih, sumber air minum, kondisi jamban, dan saluran pembuangan limbah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline