Sampai detik ini saya dan istri belum mengingatkan anak-anak bahwa besok mereka akan kembali belajar daring. Sengaja saya biarkan karena mereka sudah ada di titik kulminasi bosan belajar dari rumah. Mengingatkan kalau besok mereka harus kembali belajar sama saja dengan memberi tekanan.
Untuk mencegah anak-anak tertekan pada tugas-tugas dari sekolah, pertama yang harus dilakukan bukan protes kepada gurunya, melainkan jangan memaksakan keinginan orang tua ke anak.
Orangtua memang sering malas menemani anak belajar. Alasannya harus kerja lah, ke sawah lah, dagang lah, masak lah. Kalaupun menemani pasti sambil asyik sendiri main medsos. Kalau anak bertanya materi pelajaran, bukannya membantu kita malah menyuruh cari di Google. Waktu anak-anak capek kita bukannya membiarkan istirahat malah memaksanya menyelesaikan PR secepat mungkin.
Bagaimana anak mau betah kembali belajar dari rumah kalau orangtuanya tidak mendukung?
Mendukung anak kembali belajar dari rumah itu gampang. Tidak perlu handphone dan laptop baru, cukup kita tidak ngomel-ngomel di depan mereka juga sangat mendukung.
Kalau mau ngedumel ya di kamar saja sama istri. Ngedumel kok kopinya itu-itu, ganti donk dengan kopi luwak. Iya tapi uang belanjanya nambah juga donk. Begitu dijawab istri.
Lagian kenapa harus ngedumel juga sih menemani anak mengerjakan tugas sekolah?
Kan itu anak juga anak kita, bukan anak tetangga. Menemani dan membantunya belajar, meski cuma sebatas bantu cari jawaban dari Google, itu kewajiban orangtuanya. Kalau orangtuanya sibuk di luar, bisa sewa jasa tutor atau guru privat.
Kalau takut ketularan Corona dari guru privat, minta ke pengasuh, ipar, saudara, atau kakek-neneknya supaya sabar dan ikhlas menemani anak bikin PR. Beri syarat mereka jangan pegang handphone selagi menemani anak belajar.
Beri insentif traktiran makanan atau uang kepada pengasuh atau keluarga yang membantu supaya mereka merasa diperhatikan.