Istri saya seorang filsuf. Demikian kecurigaan saya hari-hari ini. Pertanyaannya acapkali terasa berat.
"Mau dibawa ke mana kami ini?"
Kami ini maksudnya dia; istri, dan anak-anak.
Oh, tentu saja maksudnya bukan mau dibawa jalan-jalan ke mana. Walaupun kadang-kadang ngasih kode begitu. Maksudnya lebih dalam dari itu. Soal misi keluarga.
Mengapa kita menikah? Mengapa kita diberi anak? Wuih, dijawab sembarangan bakal bikin piring melayang.
Kebetulan hari ini adalah hari keluarga. Jadilah kami diskusi tentang keluarga.
Berkeluarga adalah pilihan peran. Menjadi suami, menjadi istri, ada tanggung jawab untuk menjalankan peran masing-masing.
Begitupun ketika memiliki anak. Buah hati yang lucu-lucu tentu bukanlah sekadar untuk menambah anggota dalam kartu keluarga. Hadirnya mereka adalah amanah. Amanah yang harus dijaga, hingga mereka dewasa.
Selayaknya amanah, maka tentu yang dititipi haruslah memberikan yang terbaik untuk menjaga amanah itu. Karena ini adalah manusia, maka dijaga dengan diberikan makan, pakaian, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang. Tak lupa pula pendidikan. Toh, rumah adalah madrasah pertama.
Keluarga, Sekolah Utama..
Tahun ajaran baru segera tiba. Sekarang adalah masa-masa di mana orangtua berlomba-lomba mendaftarkan anaknya sekolah. Ah, tak kurang berbagai jenis sekolah menjadi sasaran pendaftaran.
Perlahan, anak mulai memasuki jenjang sekolah formal. Setahap demi setahap. Perlahan pula, orangtua menyerahkan peran mendidik pada orang lain. Pada institusi. Seakan begitu usia sekolah, lepas pula tanggung jawab orangtua sebagai pendidik. Seakan pendidikan baru dimulai sejak anak masuk sekolah.