Kabar itu akhirnya datang juga. Senin, 15 Juni 2020 lalu, resmi dikeluarkan Surat Keputusan Bersama 4 Kementerian tentang Panduan Pembelajaran Tahun Akademik dan tahun Ajaran baru di masa pandemi covid19.
Pada satuan pendidikan di tingkat dasar hingga menengah yang berada pada zona hijau, pembelajaran boleh dilakukan dengan tatap muka secara bertahap. Sedangkan pada zona kuning, merah dan oranye tetap diberlakukan Belajar dari Rumah.
Pembelajaran di lingkungan pendidikan tinggi pada tahun ajaran 2020/2021 wajib dilaksanakan secara daring untuk mata kuliah teori. Sementara untuk mata kuliah praktik, sedapat mungkin dilaksanakan secara daring, kecuali pada kegiatan tertentu yang memerlukan praktik langsung di laboratorium untuk kepentingan penelitian. Kebijakan ini berlaku di semua zona.
Kebijakan ini memperpanjang masa belajar online bagi mahasiswa-dosen setelah diberlakukan sejak maret lalu. Jujur saja, pembelajaran daring di perguruan tinggi bukannya tanpa persoalan.
Menumpuknya tugas yang diberikan, keluhan soal sinyal dan kuota internet, hingga tidak maksimalnya pencapaian pembelajaran menjadi sejumlah permasalahan.
Bagi saya pribadi, permasalahan-permasalahan di atas menambah kegalauan dalam pembelajaran daring selama ini. Ada sesuatu yang hilang dari perkuliahan. Sesuatu yang tak dapat ditemukan dalam pembelajaran daring.
Perkuliahan tatap muka, bagi sebagian dosen dan mahasiswa bisa jadi adalah hal yang menjemukan. Mendengarkan ceramah dosen. Argumen teman, belum lagi omelan dosen ketika mahasiswa datang terlambat.
Namun perlahan, kuliah online di masa pandemi jutru menyadarkan bahwa ada yang hilang sejak berlakunya pembelajaran daring : Atmosfir belajar, terbungkus dalam interaksi yang hidup.
Berdasar pada pengalaman pribadi dan diskusi dengan kawan-kawan pengajar, pada interaksi dalam kuliah tatap muka yang dinamis, akan kita temukan beberapa hal berikut.
Antusiasme
Jujur, saya rindu masuk ke kelas, mengucap salam, kemudian dijawab serentak. Penuh semangat. Lalu memulai kelas dengan ngobrol ringan, games sedikit, icebreaking. Kesemuanya akan menghasilkan antusiasme yang gampang diukur.
Tertawakah mereka? Semangatkah? Bosankah? Gesture dan raut wajah tak dapat menipu. Bandingkan dengan membuka kelas di grup whatsapp misalnya. Begitu mengucap salam akan dijawab secara bergantian. Terpaksalah menunggu dulu, baru mulai lagi.