"Beras Merah" adalah suatu istilah yang paling mulia disampaikan oleh para orang tua di depan anak-anaknya ketika sang ayah berkata kepada istrinya, "Abang pergi dulu ya, mencari beras merah". Beras merah adalah uang dalam bahasa normalnya. Dan sangat cocok bila dikaitkan dengan perkembangan politik praktis saat ini, bagaimana seseorang/kelompok dalam menghasilkan beras merah sebanyak mungkin dari para calon kandidat.
Kelompok tersebut akan menjelajahi semua kubu calon kandidat yang dilakukannya step by step dan dari satu kubu beralih kepada kubu yang lainnya. Kubu yang pertama kali diserang untuk menghasilkan "beras merah " adalah yang terpopuler namanya dalam masyarakat. Dengan target waktu yang telah ditentukan, apabila tidak berhasil maka mereka akan beralih kepada kubu calon kandidat lainnya.
Ketika mereka sudah merasakan bahwa kubu calon kandidat tertentu ternyata sudah kuat pasukan tempurnya di lapangan, sehingga tidak ada celah untuk menghasilkan "beras merah" sedikit pun dengan cara apapun. Maka langkah akhir yang diambil oleh para pencari "beras merah" adalah mendekati kubu calon kandidat yang tidak populer, disitulah mereka bisa mengolah untuk mendapatkan "beras merah" sebanyak mungkin. Seolah-olah mereka bekerja keras untuk mempopulerkan kandidat yang telah menjadi korban mereka. Padahal seandainya calon kandidat tersebut mengetahui bahwa dirinya sedang dimanfaatkan oleh para pencari "beras merah", mungkin sudah mundur dari pencalonan tersebut.
Maka, berhati-hatilah bagi para calon kandidat yang akan bertarung disetiap Pemilukada. Karena bila kapasitas anda tidak meyakinkan untuk menang, ada baiknya berbalik arahlah untuk merapatkan diri dengan kubu lain yang kapasitasnya layak untuk bertarung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H