Lihat ke Halaman Asli

Muksalmina Mta

Pengamat Hukum dan Politik

Aceh: Jenuhnya Hidup Dalam Perdamaian!

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428600919224776245

"Bersyukur Aceh sudah damai, Mari menjaga perdamaian seutuhnya."

Kegembiraan dan kebahagian bagi rakyat Aceh saat itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, karena betapa indahnya membayangkan "perdamaian" yang tidak pernah disangka-sangka. Apalagi saat itu Tsunami melanda, dalam kepedihan dan kesedihan rakyat Aceh saat itu Allah memberikan kabar gembira bagi bangsa indonesia khususnya Aceh.

Seiring waktu berjalan, kegembiraan yang muncul sangat berbeda-beda, kegembiraan orang miskin berbeda dengan orang kaya, kegembiraan pengusaha berbeda dengan bawahannya, kegembiraan para struktural berbeda dengan orang diluar struktural. Tapi semua kegembiraan itu harus disyukuri karena mendapatkan kegembiraan di Aceh begitu sulit.

Bagaimana menggapai kegembiraan untuk masa sekarang ini di Aceh? Apakah masih semudah pada awal perdamaian? Tidak, tidak semudah yang dibayangkan dan tidak semudah seperti awal perdamaian. Kejenuhan semakin nampak pada wajah rakyat Aceh, karena perdamaian yang sudah tercapai ternyata bukanlah sebuah solusi untuk mensejahterakan rakyat Aceh. Konflik yang terjadi pada masa perdamaian sekarang ini malah lebih mengerikan lagi, apalagi Pemerintah Pusat sudah menganggapnya sebagai konflik "kecacauan dalam perdamaian". Padahal konflik yang terjadi sekarang ini tidak ada sangkut pautnya dengan perdamaian.

Kebijaksanaan Pemerintah Pusat hilang seketika disaat tidak bisa membedakan antara "pengacau perdamaian" dengan "konflik dalam perdamaian". Padahal yang sedang terjadi saat ini adalah "konflik dalam perdamaian", tidak ada unsur "pengacau perdamaian". Culik menculik itu dimaklumi saja karena di Indonesia memang sudah tradisi sejak dari nenek moyang dulu, jadi tidak usah dihiraukan lagi bila saat ini masih terjadi culik menculik.

***

Kenapa bisa jenuh hidup dalam perdamaian? bukankah perdamaian itu adalah jalan menuju kebahagiaan? Tidak selamanya bahagia. Perdamaian terkadang menjadi buah simalakama bagi rakyat Aceh, karena ketika perdamaian terancam dengan politik dan kriminalitas di dalamnya sehingga yang muncul dari dua masalah tersebut adalah "rusaknya perdamaian".

Politik dan kriminalitas menjadi sudut pandang utama bagi "rusaknya perdamaian", seharusnya dua masalah itu jangan dikaitkan dengan perdamaian yang sedang berlangsung. Tapi begitu sulitnya keberadaan politik dan kriminalitas menjadi netral dalam perdamaian. Sedikit masalah muncul, maka topik pembicaraan yang paling dikedepankan adalah "Jangan merusak Perdamaian".

Tidakkah kita jenuh dengan perdamaian semacam itu? Politik yang tidak pernah kelar yang mengakibatkan timbulnya kriminalitas di dalamnya. Anehnya, kriminal tersebut menjadi masalah yang serius dalam perjalanan perdamaian. Sangatlah tidak pantas!

#Muksalmina_Mta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline