KARPET MERAH POLITIK KEKUASAAN
Karpet merah 'red carpet' indentifikasi pembeda status sosial manusia. Kesenjangan kelas, kemewahan, kekuasaan, dan sebuah arti pengakuan diri.
Mengutip dari Rocky Gerung dalam acara Karni Ilyas ILC, karpet merah dunia perpolitikan adalah kekuasaan. Maka untuk mencapainya, penuh perjuangan yang berdarah-darah dilakukan berjalan diatas karpet merah.
Karpet merah yang terbentang jalan menuju singgasana, yang dilewati sang raja selalu ada darah yang ditumpahkan, dan korban yang dijatuhkan. Hanya untuk berjalan diatas karpet, benda mati seakan berkesan menakutkan.
Panggung politik tidak ubah dengan perumpamaan ini. Selalu terbentang jalan yang disengaja atau hukum alamnya sebuah kekuasaan dalam realitas politik. Jika tidak berhati-hati justru menjadi jebakan yang berujung tragis, perangkap politik karpet merah. Perselingkuhan selalu ada dalam politik kekuasaan.
Senada dalam pandangan Plato dalam bukunya Republik, "Jiwa-jiwa merdeka didalam suatu Negara, wajiblah dibujuk dengan harta atau dengan gelar-gelar kehormatan, supaya ia sudi menerima suatu jabatan, atau dihukum jika dia tidak mau menerima. Sebab yang seberat-beratnya musibah menimpa manusia ialah jika memegang kekuasaan orang-orang rendah, karena orang-orang yang utama menolak jabatan itu. Jika telah merata budi yang utama dalam suatu bangsa, biasanya enggan orang menjabat suatu pangkat".
SEPENGGAL KISAH KARPET MERAH DARI YUNANI KUNO
Rocky Gerung bahkan mengulas sebuah cerita klasik yang berasal dari naskah drama Yunani Kuno. Kisah tentang karpet merah. Dihubungkan dengan kondisi perpolitikan.Karya yang ditulis oleh Aeschylus yang berjudul Agamemnon pada tahun 458 sebelum masehi (SM). Mitologi Yunani, Agamemnon adalah raja dari Mycenae.
Dikisahkan, mempunyai seorang permaisuri cantik sebagai ratu kerajaan. Yang bernama Clytemnestra. Kisahnya dimulai dari perjalanan sang raja menuju medan pertempuran, perang Troya.Mengharuskan meninggalkan sang istri, ratu Clytemnestra. Dengan rentang waktu yang cukup lama. Hanya demi menaklukan wilayah Troya takluk menjadi daerah dibawah kekuasaan sang raja.
Seiring waktu, Raja dan Ratu menemukan sisi perubahan dalam dirinya sebagai sosok manusia normal. Menemukan suasana baru dengan bertemu orang-orang baru. Kala itu, kala perang telah usai. Sang raja dalam perjalanan pulang kampung halaman, kembali ke kerajaan. Ia pun tak lupa membawa wanita cantik yang ia temui, diketahui sebagai selirnya. Yang bernama Cassandra.
Hal ini menjadi pemantik bibit kebencian dendam sang ratu Clytemnestra. Akan kehadiran selingkuhan sang raja. Meski ia sendiri juga melakukan perselingkuhan kala raja di medan tempur. Kepulangan sang Raja ia sambut dengan senyum kepalsuan, dengan mepersiapkan karpet merah untuk sang suami raja Agamemnon lalui menuju istana.