Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Bayang-bayang Hengkangnya Nasdem dari Koalisi

Diperbarui: 1 November 2019   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nasional.kompas.com

"jika tidak ada yang menjadi oposisi, demokrasi terancam menjadi otoriter atau bersifat monarki, dan Nasdem siap untuk itu" Surya Paloh

Sekilas Indikator Perubahan Nasdem dan Kejanggalan yang Dilakukan

Adanya pertemuan Surya Paloh sebagai ketua umum partai Nasdem  dengan Sohibull Umam ketua umum PKS kemarin. Publik seperti menilai adanya pecah kongsi diantara barisan pendukung Jokowi-Maruf Amin.

Pasalnya, pertemuan yang dilakukan terkesan bersifat kontradiktif. Sebelum pertemuan dengan PKS pun, ketua umum partai Nasdem juga telah mengadakan pertemuan dengan beberapa ketua umum sesama barisan pendukung/koalisi pemenang pilpres 2019. Yang hanya dibedakan oleh rentang waktu, pra dan pasca pengumuman cabinet jilid II.

Sensasi politik yang berkembang, mengambarkan ada apa dengan Nasdem? Patah hatikah atau malah patah arang, dengan situasi yang ada di dalam koalisi saat ini. Berbagai anasir public pun seakan ramai melihat tindak tanduk dari Nasdem.

Dari beberapa anasir, ada yang menghubungkan dengan jatah kursi di cabinet, ada yang menghubungkan dengan bergabungnya barisan rival yaitu Gerindra di pemerintahan, bahkan ada yang menghubungkan adanya perseteruan antara ketua umum PDI Perjuangan, Megawati dengan Surya Paloh.

Apabila menyimak dari paparan yang pernah disampaikan oleh Nasdem ketika mendukung Jokowi-Maruf Amin pada pilpres kemarin, bahwa mendukung mereka tanpa ada syarat apapun. Pernyataan ini seakan bertolak belakang pada sensasi saat ini, dengan monuver-monuver yang dimainkan.

Jika memperhatikan dari porsi yang didapati dalam cabinet, dengan tiga kursi menteri. Adalah sebuah porsi yang cukup melegahkan bagi Nasdem, dan tidak jauh beda dengan parpol yang lainnya, seperti PKB dan Golkar, bahkan lebih banyak dari PPP. Dan serasa naf apabila ini dijadikan indikator kekisruhan dalam jatah kursi pos-pos kementrian.

kompasiana.com

Disisi lain, pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan juga telah menggambarkan warna yang cenderung bersifat konotatif. Bahkan dalam bagian ujaran yang terlontar dan menjadi viral di media massa seakan  mensupport  sang gubernur untuk ikut dalam bursa kandidat pilpres tahun 2024. Walaupun adanya bantahan/klarifikasi dari pihak Nasdem atas pernyataan tentang Anis.

Perseteruan ini nampak jelas dengan unggahan medsos yang membahas tentang ketua umum PDI perjuangan tidak memberi salam kepada Surya Paloh di saat pelantikan menteri. Di waktu yang sama juga dialami oleh putra SBY. Kesan kurang baiknya hubungan kedua tokoh teras politik nasional, seperti adanya perang dingin diantara Megawati vs Surya Paloh.

Prihal ini menarik dari kacamata public, dalam menilai dua tokoh ini. Yaitu adanya rebutan peran dominanasi dalam koalisi. Mega-kah atau Surya Palo-kah? Pertanyaan yang seakan telah terjawab, Mega dalam hal ini dengan lantang menyampaikan di salah satu acara akbar PDI Perjuangan yang pada waktu itu Jokowi hadir dengan pakaian adat Bali, bahwa PDI P harus mendapatkan jatah menteri paling banyak dari parpol pengusung yang lain. Yang juga dihadiri oleh Surya Paloh, dengan senyum simpuls atas ujaran Megawati terkait komposisi di cabinet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline