Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Rujukan tuk Sang Calon Serjana

Diperbarui: 26 Juni 2019   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Perjuangan dibangku perkuliahaan sangat-lah melelahkan. Berbagai rutinitas dalam proses akademis seakan tidak kunjung usai. Semakin tinggi semester yang telah ditempuh semakin berat beban tugas yang harus dikerjakan. 

Idealnya dalam proses perkuliahan minimal berakhir dalam kurun waktu delapan semester yaitu empat tahun. Khususnya untuk jenjang srata satu (S1). Walau ada yang tamat tiga tahun setengah dibawah angka tersebut.

Berbagai asam manis tidak luput dirasakan. Bosan, marah, kesal, kecewa dan bahagia. Dengan berbagai pengalaman berakhir dengan sebuah titik perjuangan yang dipersembahkan yaitu 'Skripsi'. Karya ilmiah buah tangan dan pemikiran mahasiswa dalam mendapati gelar keserjanaan-nya.

Walaupun panjang perjalanan yang ditempuh terkadang berbagai kegagalan didapati. Bahkan betapa banyak teman-teman seperjuangan gugur pada tahap ini. Dengan berbagai argumen disampaikan. Habis biaya-lah, urusan keluarga yang pelik-lah dan hilang tidak punya berita dimana rimbanya.

Bersyukurlah bagi teman-teman yang berhasil sampai dengan tahap yang terakhir. Walaupun harus tertatih-tatih, harus cuti dulu dan menambah jumlah semester ideal. 

Tamat dengan semester diatas angka ideal, empat tahun menjadi lima atau delapan tahun batas maksimal yang telah ditentukan. Sing penting tujuan yang diharapkan tercapai. Seperti petuah orang tua dahulu 'sekali pedang telah terancung pantanglah pedang kembali pada sarung'. Artinya, perjuangan harus finis dan berbuah hasil.

Hal ini sangat relevan dengan teori Paul G Stoltz dalam penemuannya (AQ, Adversity Quotient). Timbul sebuah pertanyaan apakah AQ itu?. AQ adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan bertahan hidup. Dengan AQ, seseorang bagai diukur kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak berputus asa.

Stoltz dalam hal ini membagi tiga tipe manusia;

  • Quitters (mereka yang berhenti). Orang jenis ini berhenti di tengah proses pendakian, gampang putus asa dan mudah menyerah.
  • Campers (pekemah). Tidak mencapai puncak, sudah puas dengan yang telah dicapai. Ucapan mereka 'segini sajalah, sudah cukup'. Orang ini lebih baik disbanding Quitters, sekurang-kurangnya bisa melihat dan merasakan tantangan. Banyak manusia termasuk tipe ini, pendakian yang tidak selesai itu sudah dianggap sebagai kesuksesan akhir. Namun sebenarnya tidak demikian, sebab masih banyak potensi yang mereka yang belum teraktualisasi hingga menjadi sia-sia.
  • Climbers (pendaki). Mereka yang selalu optimistic, melihat peluang-peluang, melihat celah, melihat senoktah harapan dibalik keputusasaan, selalu bergairah untuk maju. Noktah kecil yang dianggap orang lain sepela, bagi Climbers mampu dijadikan sebagai cahaya pencerah kesuksesan.

Berdasarkan paparan ini, sangat penting buat para pejuang yang lelah dalam meraih  impian yang diharapkan. Termasuk tipe manakah kita?

Tiga Hal Yang Harus Ada Pada Mahasiswa

Pertama. Secara Akademis. Konteks ini harus dipahami, yaitu pelurusan niat dan tujuan. Alasan apa yang melatar belakangi ketika mendaptarkan diri pada sebuah perguruan tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline