Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Pak Tua dan Es Lilin

Diperbarui: 19 Maret 2019   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrated by; pixabay.com

Tersengal-sengal, nafasmu bergemuruh. Kempas kempis kutatap perutmu yang tersingkap. Dari kemeja yang kedodoran membalut tubuh kurus yang telah keriput. 

Senyum simpul, kulihat gigimu yang hanya tinggal dua seakan berpamitan karena masa. Pak tua, sang pengayuh sepeda tua. Gigih dalam menawarkan es lilin dipelataran jalan, taman kota. 

Hari yang panas, seakan rezekimu didepan mata. Binar-binar diwajah berisyarat akan itu. Hari hujan seakan petaka bagimu. Terlihat kerut keningmu, berkata akan itu.

Pak tua, kusangat ingin menegurmu. Bertutur sapa dibawah pepohonan taman kota sambil menikmati Es lilin. Bercengkrama, mendengarkan ceritamu. 

Dalam hatiku.Oooh. Tuhan. Perintahkan sang bayu agar memindahkan awan gelap ditaman kota. supaya Es lilinnya dapat habis. Setimpal dengan ayunan sepeda yang berputar. Keringat bercucuran dan nafas yang tersengal.

Tuhan! berilah kekuatan, kesehatan tika ia bekerja. Demi tanggungjawab sebagai kepala keluarga. Dari kerasnya roda kehidupan.

Pak tua, kau telah senja. Tapi, semangatmu sangat membara.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline