Lihat ke Halaman Asli

Tetap Bijak di Tahun Politik

Diperbarui: 6 Januari 2024   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TETAP BIJAK DI TAHUN POLITIK

Detik-detik menjelang pemilihan umum suasana terasa semakin memanas. Di setiap sudut kota, dari warung kopi hingga kantor, orang-orang dari berbagai kalangan tak henti-hentinya berbicara tentang politik. Diskusi-diskusi sengit memenuhi ruang publik, di mana setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda terkait calon-calon yang akan bertarung dalam pemilihan.

Massa media menjadi salah satu panggung utama di mana pertarungan ide dan opini berlangsung. Berbagai saluran televisi, radio, dan portal berita online menjadi sumber informasi dan wadah bagi analisis politik dari berbagai tokoh dan pakar. Tak hanya itu, media sosial juga memainkan peran krusial dalam membentuk opini publik. Berbagai konten, baik berupa meme, video, atau tulisan panjang, tersebar luas dan telah memicu ketegangan di kalangan netizen.

Namun, tidak hanya di ranah resmi, perbincangan politik juga terjadi di ruang privat. Dalam keluarga, pertemanan, dan bahkan di tempat kerja, topik politik menjadi pembicaraan hangat dan terkadang memicu perbedaan pendapat. Tak jarang, suasana kekeluargaan terasa tegang karena perbedaan pandangan politik.

Dalam situasi ini, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga sikap saling menghormati dan mendengarkan pandangan orang lain. Pemilihan adalah momentum demokrasi yang seharusnya memperkaya wawasan dan memperkuat persatuan, bukan sebaliknya. Meskipun menganggap politik mungkin memanas, keberagaman pendapat tersebut adalah cerminan kehidupan demokratis yang sehat.  Keanekaragaman kultur seperti itu adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Dalam suasana kampanye yang sedang berlangsung, penting bagi masyarakat untuk tetap memelihara sikap saling menghormati dan mendengarkan pandangan orang lain. Pemilihan bukanlah hanya sebuah acara politik biasa; ini adalah momentum demokrasi yang seharusnya memperkaya wawasan dan memperkuat persatuan kita. Meskipun suasananya terkadang memanas, keberagaman pendapat yang muncul seharusnya menjadi cermin dari kehidupan demokratis yang sehat dan kaya akan nuansa.

Hakitkat demokrasi adalah penghargaan terhadap setiap individu. Keputusan bersama diambil melalui suara mayoritas, namun ini tidak menghapuskan hak setiap orang untuk memiliki pandangan berbeda. Namun, ironisnya, terkadang keberagaman tersebut berubah menjadi kekurangan saat proses demokrasi disertai dengan saling pengertian yang menurun, caci-maki, olok-olok, dan fitnah. Hal ini menciptakan ketidakharmonisan yang bertentangan dengan esensi sejati dari berdemokrasi.

Penting untuk dipahami bahwa kekerasan tidak dapat dicampuradukkan dengan demokrasi. Jika kita bicara tentang demokrasi sambil menggunakan cara-cara kekerasan atau anarkhis, kita sebenarnya telah melanggar prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Demokrasi sejati memerlukan dialog dan partisipasi yang damai, menjauh dari tindakan yang merugikan dan merusak fondasi demokrasi.

Dalam merebut pengaruh di dalam sistem demokrasi, kita perlu menempuh jalur yang santun dan beretika. Mengunggulkan calon seharusnya tidak harus merendahkan pihak lain. Seperti halnya penjual kecap yang mempromosikan produknya, setiap kandidat memiliki kelebihan yang berbeda. Memahami keberagaman dan menghormati pilihan orang lain adalah inti dari berdemokrasi. Inilah yang membuat demokrasi tetap hidup dan berkelanjutan, di mana perbedaan dianggap sebagai kekayaan yang harus dijaga dan dijunjung tinggi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline