Lihat ke Halaman Asli

Penggunaan Diksi Para Kompasianer yang Keliru

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seperti diksi-diksi yang lain, seperti sudah dibahas dalam beberapa postingan kompasianer sebelumnya, seperti diksi "geming", "konsumtivisme" dan "konsumerisme", yang sering disalahmaknai manakala digunakan dalan menyusun kalimat. Tetapi, karana pengeteahuan umum seringkali sama pemahamannya, sehingga penggunaannya menjadi semakin salah kaprah.

Salah satu kata yang juga hampir sama pemakanaannya dengan geming adalah diksi "senonoh". Bagaimana kompasianer menggunakan diksi ini dalan psotingan-postingannya? Kalau kita coba menuliskan keyword "senonoh" dalam kolom pencarian kompasiana, kita akan segera menemukan bukan diksi "senonoh" yang tercetak tebal, tetapi "tak senonoh".

Sebagian bedar kompasianer menggunakan diksi senonoh dalam pemahaman yang sebaliknya, senonoh diartikan yang baik,m yang terpuji dan yang sopan. Sehingga untuk mengatakan perbuatan yang tidak baik, tidak sopan, tidak terpuji, arau perbuatan lain yang mendekati pada tindakan seks, misalnya, kompasianer menggunakan kata "tak senonoh."

Diksi "senonoh" sesungguhnya bermakna tidak terpuji, tidak sopan, tidak baik. Manakala kita melihat seseorang melakukan tindakan tidak terpuji, misalnya, melakukan pelecehan seksual di kereta api yang padat penumpang atau di trans jakarta yang berjejal penumpang, maka penulisannya, misalnya, "Polisi menangkap laki-laki itu karena bertindak senonoh terhadap perempuan yang berdiri tepat di depannya.". Karena pemakanaan kita terbalik seperti juga pemahaman umum, biasanya kita menulisnya, "Polisi menangkap laki-laki itu karena bertindak tidak senonoh terhadap perempuan yang berdiri tepat di depannya."

Selain pemaknaan yang keliru, kita juga bisa menemukan penulisan kata bentuk yang tidak tepat berdasarkan kata dasar pembentuknya. Misalnya., kalau kita memasukkan keyword "merubah", maka dalam halaman pertama (1) sekitar sepuluh postingan akan muncul dan kesemuanya menggunakan kata "merubah". Penulisan kata ini juga merupakan kesalahan terbanyak di kalangan berbahasa kita. Sebagaimana dalam bahasa Indonesia baku, kata dasar yang tersedia untuk yang dimaknai "merubah" adalah kata dasar "ubah". Sehingga untuk menuliskan sesuatu yang menjadikan berbeda keadaan atau berbeda situasi, dengan menambahkan awal [me], mestinya kata itu menjadi "mengubah" bukan "merubah".

Penulisan yang juga masih kita temukan misalnya, penuilisan kata "peduli" dan "perduli". Saat memasukkaan keyword kata "perduli", maka sepuluh postingan di halaman pertaman akan muncul penggunaan kata "perduli". Mana yang benar, dalam konteks bahasa bakunya? Dalam KBBI yang tersedia diksi "peduli" bukan diksi "perduli".

Masih banyak diksi yang seringkali membingungkan karena percampuran antara bahasa baku dan bahasa lisan. Misalnya, penulisan "sekedar" dan "sekadar", "silahkan" dan "silakan", dan yang lainnya.

Semoga bermanfaat. sedekah menjalang malam minggu, siapa tahu banyak pahala dunia, misalnya ada yang mengirim kopi untuk begadang memelototi kompasiana.com.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline