Lihat ke Halaman Asli

Berlatih di Kompasiana, Tembus di KOMPAS Cetak

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari ini saya sangat bangga terhadap diri saya sendiri, dan tentu saja terhadap keluarga Kompasianer. Pasalnya, melalui pengembangan ide, menuangkan dalam tulisan dan publish ke Kompasiana, pada akhirnya melatih kelancaran ide dan bahasa dalam membuat karya tulis populer dan jurnalistik warga.

Jumat lalu (6/05), setelah cukup lama berlatih, memposting tulisan dengan berbagai isu dan gaya penulisan, dalam format reportase maupun opini, akhirnya tembus juga tulisan saya di rubrik SWARA Kompas. Inilah yang saya katakan, rasa bangga yang luar biasa itu. Sumbangan Kompasianer Lantas apa sumbangan Kompasiana dan para warganya terhadap kebanggan saya ini? Sangat banyak, tetapi setidaK-tidaknya, yang utama menurut saya,  Pertama, tersedianya panggung berlatih yang diberikan secara gratis dan tanpa batas quota server dari Kompas, dan tentu saja beserta para penilai di jajaran admin dan para kompasianer yang sedia membaca tulisan-tulisan. Ini ruang yang bukan main-main, karena tidak saja perangkat keras dan lunaknya, tetapi juga ribuan pembaca yang setia. Kedua, belajar dari jumlah peng-klik tulisan. Setiap tulisan yang saya posting tidak selalu banyak di-klik para kompasianer. Mungkin sebagiannya karena judul yang tidak menarik atau karena pertemanan yang tidak cukup banyak. Sebagaimana hukum media sosial, semakin banyak kompasiana yang menjadi teman, maka akan semakin berkemungkinan banyak teman yang membaca. Sebab postingan kita akan tampil di dashboard para kompasianer yang sudah menjadi teman. Meskipun begitu, dari naik turunnya kompasianer yang mengklik postingan, saya belajar mengenai isu yang menarik publik pada saat saya memposting tulisan. Bisa karena judulnya yang bombastis, atau karena sekedar keingintahuan kompasianer dan entah apalagi dorongan kompasianer meng-klik sebuah postingan. Indikasi semacam ini yang kemudian bisa saya jadikan sebagian dari panduan mengenai apa yang akan saya tulis kemudian. Ketiga, ini yang menurut saya sangat menggugah untuk mendapatkan tantangan, melalui Kompasiana, saya bisa membaca beragam pandangan mengenai isu-isu sosial yang berkembang. Tidak saja dari jenis isunya, melainkan juga dari berbagai sudut pandang yang dikembangkan para kompasianer. Bayangkan saja, ketika satu kompasianer menulis mengenai tersungkurnya pesawat milik Maskapai Penerbangan Merpati pekan silam, kemudian kompasianer yang lain menulis hal yang sama, ah... jika ada 10 kompasianer menulis hal yang sama, saya mendapatkan sepuluh sudut pandang yang berbeda. Selain juga gaya penyampaian mulai dari yang sangat serius sampai yang sangat santai penulisannya. Begitulah, yang saya rasakan dan sebagai ungkapan kebanggaan karena kampung Kompasiana memang benar-benar memberikan amunisi untuk mampu mempertahankan stamina tradisi menulis, dan tradisi berbagi meski tanpa imbalan apapun. Jika ada ruang yang sangat sosial tanpa pamrih, itulah warga kampung Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline