Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis Syakir

Nyeruput dan Muntahin pikiran

Setengah Butir tentang Aboe Bakar Atjeh

Diperbarui: 26 Mei 2024   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

              Tulisan ini hanya menyelamatkan distraksi saya agar tidak sia-sia di tengah mengerjakan Tesis. Kebetulan sekali sambil mengusir pikir negatif Saya sedang mendengarkan Dzikr Tarekat Rifa'iyyah. Kebetulan juga, Saya pecinta film-film Turki terkhusus yang memuat unsur sejarah dan kebudayaan Turki. Banyak dari film tersebut menyelipkan tayangan zikir-zikir tarekat yang dilakukan di dergah (majlis dzikr). Syahdu selalu saya rasakan begitu indahnya koreografi para dervish.

              Kemudian, akhir-akhir ini Saya lihat di media sosial banyak orang masih belum bisa berdamai dengan pernyataan Ustadz Adi Hidayat yang menjelaskan secara adil tentang bagaimana setiap madzhab dalam Islam menyikapi perihal musik. Tak abis pikir, bahkan banyak juga yang mengomentari kembali pada Qur'an Sunnah sambil menyalahkan Tarjih Muhammadiyah dan para Imam Madzhab. Sungguh miris memang mereka, tiada lain yang bisa Saya lakukan hanya mendoakan mereka semoga mendapatkan hidayah dan kesempatan meraih pengetahuan lebih.

Tak abis pikir lagi, mereka yang suka dengan mengharamkan dan menyalahkan "pecinta" musik secara total. Banyak pula yang menyanjung masa-masa kekhalifahan pun juga memiliki tontonan yang sama dengan saya. Yakni seputar Seljuk, dan Turki Utsmani yang menghormati kebudayaan dengan begitu mewahnya. Padahal dalam banyak bagian film menyajikan dzikr yang disertai alat musik. Salah satu keajaiban musik juga adalah instrumen maqam isfahani yang memiliki keunggulan sebagai berikut:

Isfahan Maqam adalah maqam musik Turki yang telah dianggap lebih dari seribu tahun. Posisi ini diyakini mempunyai efek fisik, psikologis, dan emosional pada seseorang. Izinkan saya berbagi beberapa detail tentang Maqam Isfahan:


  • Isfahan Makam dikaitkan dengan lambang zodiak Gemini dan Cancer.
  • Cuaca alami dan efektif antara sore dan isya.
  • Ia memiliki sambungan air dan memiliki struktur yang dingin dan lembab.
  • Hal ini dikaitkan dengan dahak putih dan dianggap memiliki karakter feminin dan aktif di malam hari.
  • Ia memiliki khasiat melindungi tubuh dari penyakit demam.
  • Efektif untuk tengkuk, leher, bahu dan siku kiri.
  • Memberikan rasa percaya diri, kemampuan beradaptasi, mobilitas, kejernihan pikiran, pembaharuan hati, memberikan kerapian, keterbukaan kecerdasan dan menyegarkan ingatan.
  • Ini adalah maqam yang setidaknya berusia tujuh abad.
  • Penggunaan medis dan terapeutik dari posisi ini juga ditekankan oleh para dokter Seljuk dan Ottoman. Hubungan maqam-temperamen, maqam-waktu dan maqam-astrologi dapat dipertimbangkan kembali dengan pendekatan ilmiah dan eksperimen klinis. Musik dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia, tidak hanya sebagai alat terapi, namun juga sebagai alat preventif.

Demikian tentang maqam isfahani yang saya dapatkan dari Bing Chat.

Berkaitan dengan musik dan sufi ini juga saya jadi bersentuhan dengan tarekat rifaiyyah. Tarekat yang sejak masa aliyyah bikin saya penasaran dengan istilah dzikir melolongnya. Melolong yang merupakan kekhasan serigala juga mengundang imajinasi saya tentang hubungan Turki dan Serigala. Simbolisme bangsa Turki sangatlah erat dengan serigala (Kurt) seperti halnya AS Roma yang berlambang Romulus & Remus tengah menyusu pada serigala.

Rifaiyyah juga erat dengan debus yang sudah menjadi stereotipe bagi orang Banten dan Aceh. Terkait dengan Aceh, saya jadi teringat dengan Aboe Bakar Atjceh (demikian ejaan lama menulisnya). Nama ini tidak asing dalam kajian tasawuf, beberapa kali saya bertemu dalam buku. Sayangnya belum sampai tahap bersentuhan apalagi memeluk. Hanya saja setiap mendengar Aceh dan Tasawuf Islam selalu terasa hati ini seperti kolam tergenang yang ketenangannya terusik oleh sentuhan sehingga beriak. Karena ingat nama Aboe Bakar Atjeh.

Apalagi Saya yang sekarang kuliah di UIN Jogja, sayup-sayup terdengar bisikan untuk mencari hubungan antara beliau dengan Yogyakarta. Ternyata, beliaulah yang mengenalkan Teungku Hasbie Ash-Shiddiqie yang juga putra Aceh pada KH. Wahid Hasyim dan proyek PTAIN.

Demikian setengah butir tentang Aboe Bakar Atjeh karena miskinnya pengetahuan saya tentang beliau. Sedikit, tapi sangat menyentuh hati dengan lembut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline