Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis Syakir

Nyeruput dan Muntahin pikiran

Overdosis Muhasabah

Diperbarui: 6 April 2024   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Gambar Pribadi

              Seringkali muhasabah diri atau evaluasi diri dianggap sebagai jalan perbaikan kualitas diri. Karena dari muhasabah ini Kita bisa mengukur seberapa jauh Kita berproses dalam hidup. Apakah naik kelas, tinggal kelas, atau justru turun kelas. Bahkan Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah mengajarkan hendaknya setiap sebelum tidur Kita mengevaluasi apa yang sudah dilakukan dari bangun hingga tidur kembali. Sebelum dievaluasi oleh malaikat.

              Evaluasi diri juga salah satu bentuk pengalihan daripada menilai orang lain yang tugasnya Tuhan. Pengibaratan yang sering digunakan ialah menunjuk orang lain dengan satu jari, maka kembali empat jari menuju diri Kita sendiri. Sebelum mengoreksi orang lain, hendaknya mati-matian mengoreksi diri pribadi. Pada suatu pengajian, saya mendengar pak Kyai mengutip dari kitab ihya ‘ulumuddin Al Ghazali:

اتهم نفسك بالنقائص والعيوب

Curigailah dirimu dengan kekurangan dan kecacatan

              Akan tetapi, bertahun-tahun setelah menyelami seadanya perkataan pak kyai tadi. Rasanya ada yang salah atau paling tidak kurang dari nasihat ini. Bertahun-tahun curiga pada diri sendiri dengan beragam kekurangan dan kecacatan memang mampu melejitkan (atau pakai bahasa Bambang Pacul melentingkan) diri dari suatu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik. Tapi saat bersamaan, membunuh diri dengan beragam ketakutan dan ketidaksyukuran.

              Muhasabah berlebihan ternyata bisa membunuh kepercayaan diri. Mau tidak mau, manusia perlu dengan yang namanya apresiasi. Oke, manusia paripurna memang manusia yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan. Kama Qaala Gus Dur:

"Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran."

Tapi apa jadinya jika pujian dan celaan berantakan dimana-mana? Manusia-manusia tak terlatih memuji dan mengapresiasi orang lain. Manusia dengan mudahnya merendahkan orang lain dengan perkataannya ataupun jempolnya yang berotot karena sering medsosan.

              Al Kisah, beberapa kali, di berbagai lingkungan yang pernah saya lewati. Saya tertarik dengan pertemanan wanita yang saling menguatkan. Meskipun bagi saya terkesan lebay saat mendengar satu sama lain menguatkan “gak papa kok kamu sudah hebat”. Sedangkan, mungkin di pergaulan lelaki pada umumnya saling kampret-kampretan. Tetap saja, saling menguatkan ini bentuk persaudaraan yang sesungguhnya.

              Kecurigaan terhadap diri dengan selalu muhasabah yang orientasinya selalu pada kekurangan dan kecacatan justru melahirkan ketakutan dan tidak syukuran. Ketakutan jika kekurangan-kekurangan dalam amal soleh menjauhkan diri dari Tuhannya padahal Tuhan tak pilih kasih. Ketidaksyukuran atas pencapaian sekecil apapun pada saat ini padahal bisa saja ia melakukan hal yang jauh-jauh lebih buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline