Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis Syakir

Nyeruput dan Muntahin pikiran

Profesi-profesi Sekitar Kematian

Diperbarui: 4 Maret 2024   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi diolah dengan AI

                Berasal dari obrolan iseng dengan teman-teman di tempat ngopi. Seperti biasa, obrolan tak akan jauh dari uang, masa lalu, wanita, dan lain-lain. Fase-fase yang sedang dihadapi hampir sama, mencari potensi pulus dan cuan.  Entah kesambet darimana, tiiba-tiba terfikirkan potensi pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari isak tangis keluarga yang ditinggal. Kalau ditangisi.

                Pertama, penjual kain kafan dan perangkat-perangkat pemulasaraan jenazah. Terkhusus bagi yang muslim, diantara prosesi pengurusan jenazah ialah dimandikan dan dikafani. Proses memandikan jenazah tidak sesederhana mandinya santri yang tanpa sabun atau gosok gigi saja sambil membekal daki ke pengajian. Seluruh bagian tubuh bahkan kotoran di dalam tubuh harus dibersihkan secara paripurna. Bahkan kotoran yang nyangkut di usus pun harus dikeluarkan dengan pijat perut.

                Seperti sederhana, tapi nyata sekali bahwa kain kafan itu harus dipersiapkan meskipun jauh kemungkinan menghadapi maut. Setidaknya, dalam tradisi sufi kain kafan adalah simbol pengingat kematian. Kematian juga tidak selalu dimaknai sebagai kesedihan, justru pesta perjumpaan dengan Maha Cinta. Turbah, Imamah, dan berbagai atribut di kepala berwarna putih pada awalnya sengaja dipakai sebagai bekal juga untuk kematian. Jika mereka harus mati di tengah perjalanan, cukup dengan membuka lilitan kain di kepala untuk bahan kafan.

                Kedua, penjual batu nisan. Dulu, setiap Saya melewati tanjakan gunung kapur dari arah Cianjur menuju Bandung. Saya selalu heran dengan orang-orang yang menjual batu nisan di pinggir-pinggir jalan. Dalam hati bergumam, "memangnya setiap hari selalu ada yang mati seperti setiap hari ada orang lapar yang beli makan?". Ternyata ada. Atau setidaknya masih sedikit persaingan. Kebayang bukan, seandainya banyak persaingan maka para pedagang batu nisan berlomba mencari yang mati?

                Ketiga, tak lupa ketinggalan penggali kuburan. Bagian ini agak miris sih kalau kasusnya di kampung saya. Katanya sih banyak kejadian keluarga yang meninggal lupa untuk membayar uang yang layak untuk penggali kubur. Meskipun kalau kata teman, di kampungnya agak berbeda. Mereka sudah dimasukkan sebagai pegawai masjid sehingga dibayar DKM. Juga di kota-kota, penggali kubur menjadi profesi tersendiri sekaligus penjaga kuburan berseragam.

                Keempat, sudah tersinggung di awal penjaga kuburan. Mereka ini pahlawan-pahlawan kuburan meskipun bukan di taman makam pahlawan. Kalau di taman makam pahlawan mungkin jelas mereka jadi pegawai makam yang dirawat pemerintah. Sedangkan untuk penjaga kuburan orang biasa sepertinya hanya jadi profesi sambilan. 

Padahal jika tidak ada mereka, akan sangat tidak nyaman saat Kita melakukan ziarah di hari-hari penting seperti menuju puasa, menjelang lebaran, dan lain-lain. Karena selain menjaga kuburan, biasanya juga sekaligus penjaga kebersihan kuburan.

                Kelima, kelewat, tentu saja supir ambulan jenazah. Jika tidak ada mereka, tentu susah untuk mengantarkan jenazah dari rumah sakit atau tempat kejadian meninggal ke rumah keluarga dong. Termasuk rombongan motor pengiring ambulan sangat membantu. Ada saja terkadang kendaraan yang agak ngeyel untuk minggir, atau husnudzannya memang kesulitan belok karena beban kendaraan yang sangat berat.

                Keenam, penata rias jenazah. Mungkin ini tidak terjadi pada umat Islam. Tapi yang saya tonton di channel YouTube Asumsi, pekerjaan ini menarik untuk menjadi perhatian. Mungkin, bagi penganut agama seperti kristiani ingin memberikan penghargaan terkahir yang terbaik baik orang-orang yang mati. Diantaranya seperti dengan merias jenazah secantik mungkin. Sangat mulia sekali pekerjaan mereka bukan?

                Ketujuh, pembaca do'a bayaran. Nah ini biasanya terjadi di lingkungan Islam Tradisionalis. Karena bagi mereka mendoakan dan berbuat kebaikan seperti membacakan Al-Qur'an bagi orang yang sudah mati menjadi bekal kematian. Maka keluarga yang ditinggal biasanya memanggil jasa pembaca tahlil dan do'a untuk mengajikan orang yang mati di kuburan selama tujuh hari tujuh malam. Sampai-sampai mereka bermalam di kuburan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline