Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis Syakir

Nyeruput dan Muntahin pikiran

Bahasa Seksi dan Bahasa Telanjang (Jangan Ngeres yaa, Heu)

Diperbarui: 27 September 2022   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ibarat nahan kencing pas lagi naik motor. Mungkin beginilah tulisan ini seharusnya diciptakan. Pertama, memang idenya muncul pas naik motor. Kedua, memang nahan kencing itu kondisi paling menyebalkan dalam hidup saya. Apalagi kalau kedua-duanya  disatukan. Jadi Ulti Menyebalkan kali ya.

Akhirnya saya menemukan ‘’Kamar Mandi” untuk kencing pemikiran  berjudul Bahasa Seksi dan Bahasa Telanjang ini. Karena Puji Tuhan, dengan selesainya sidang skripsi saya telah lulus uji sensor. Sensor apa saja? Pertama, sebagai mahasiswa bahasa Arab yang tersesat. Kedua, sebagai orang dewasa yang masih kekanakan.

Lalu apa sih maksud Bahasa Seksi dan Bahasa Telanjang ini? Jujur saja, saya malas mencari dari segi bahasa Idonesianya karena sudah kebelet pipis. Mungkin yang bisa saya berikan dalam kapasitas mahasiswa pendidikan bahasa Arab yang IPK nya belum keluar.

Jadi, dalam kehidupan saya temukan bahwa kategori bahasa dari segi daya tarik terhadap manusia terbagi menjadi dua ini. Sebagian orang meyukai hal-hal yang seksi, yakni “inti-inti” yang dicarinya itu disembunyikan terlebih dahulu. Ada juga orang yang suka “inti-inti” yang dicarinya itu terlihat secara jelas.

Bahasa seksi, itu bahasa yang menggoda pembaca maupun pendengar dengan ketidakpastian makna yang terkandung. Ibarat orang mencari-mencari isi dari pakaian dalam. Begitu tertariknya orang tersebut sampai susah mengalihkan pandagan tapi kalau sudah jelas, ya wes.

Karena bagi orang yang suka Bahasa Seksi, upaya untuk mencarinya itu loh yang menjadi titik kenikmatan. Atau bagi yang membuat bahasa seksi itu sendiri, upaya menutup-nutupi itu loh yang bikin orang penasaran sehingga Kita yang menutupi itu puas dengan membuat orang lain penasaran. Jadi baik si seksi dan pencari seksi sama-sama menikmati tugasnya masing-masing.

Sedangkan bahasa telanjang, itu bahasa yang nggabres wes sikat. Tidak membuat pembaca atau pendengar merasa bosan dengan menunggu “inti-inti” itu berada. 

Pun bagi pelaku telanjang, dia sengaja menarik orang yang tertarik dengan bahasa telanjangnya sehingga ketika orang tertarik dengan ketelanjangannya. Si telanjang ini juga menikmati , karena merasa memiliki daya tarik jitu.

Namun, pada hakikatnya tidak selalu yang seksi dan telanjang itu unggul. Keduanya memiliki kegunaan, pasar, dan kelemahan tersendiri. Kalau kata salah seorang bijak pas saya KKN, “Tidak setiap makalah membereskan masalah. Justru menjadi makalah baru. Atau bahkan membuat masalah baru”.

Kegunaan bahasa seksi atau dalam bahasa Arab biasa disebut kalimat majaz sangatlah beragam. Dengan menyembunyikan makna sebenarnya bahasa seksi diantaranya mencegah ketersinggungan, menjadi daya tarik, pujian, hinaan, dan sebagainya. Tergantung maksud si penulis, situasi, pembaca, bahkan situasi pembaca itu berengaruh juga.

Contohnya seperti Bahasa Seksi yang bermakna asli Kalimat Majaz itu sendiri. Tujuan penulis mengkreasikan istilah baru ini tentu saja dengan maksud. Diantaranya menjadikan tulisan ini lebih menarik, juga memuaskan “syahwat intelektual” penulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline