Muklis Puna
Negeriku...
Meracau balau dalam gemilau
Hukum digusur ke gunung-gunung
Kota-kota telah diracuni dengan napas para korupsi
Borok menganga dikeribungi lalat
Negerik... Betapa ngeri dirimu
Merkury menerangi pelacur jalanan
Maling mendengkur di dada persada
Sayap garuda diserak di jalan politik
Orang miskin antre puluhan kilometer
Menunggu beras lusuh dari karung merek luar
Negeriku...
Dua ratus tujuh puluh juta rakyat, duduk mengharap ingin dalam kapal pesiarmu
Awak kapal mencongkel geladak menebar jaring, merampok negeri
Hutan-hutan dibabat,
Sawah -sawah ditanami gedung
Di atas meja kopi, anak remaja buat kompetisi bola kaki
Negeriku.... Apes benar nasibmu
Kemarin pagi kulihat ibu muda mengendap- ngendap di balik tong sampah
Besi pengait di tangan tampak aus, digigit puntung rokok dan kaleng bekas
Napasku tersangkut di tenggorokan
Ludahku mengental dalam kerongkongan
Aku membatin
" Beginikah nasib pemulung di negeri kaya'
Negeriku...
Kemana lagi Aku dan mereka mengadu?
Pada wakil di gedung terhormat?
Mereka juga biang maling dalam perahumu
Bukankah Kami telah mewakilkan semua padamu?
Kami ingin...
Rumah mewah
Mobil bermerek
Jalan- jalan keluar negeri
Makan di restoran
Atau...
Isteri cantik dan gundik berlimpah
Tenyata itu semua sudah duluan dijalani
Lhokseumawe,2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI