Muklis Puna
Negeri di Ujung tanduk..
Pengelola negeri dalam sandera
Tunduk merunduk, karena tanduk mulai tumpul
Prostitusi diumbar obral menggila
Gundik - gundik politik menjilat kaki tuannya
Gentayangan kesasar ke di ruang -ruang semu
Selingkuhan politik meggelitik hati
Para penjilat lelap dalam timbunan rupiah
Pembantu kerajaan terang-terangan ,
berang-berangan demi mutiara tak bercangkang
Catut -mencatut mendarrah daging pada penyemarak negeri
Marwah negeri luntur tercampak di jalan demokrasi,
Media sosial bebas, telanjang tak terbatas
Di sini...
Sepertinya tuhan pergi menjauh dari negeri
Hukum tak tegak, lembaran beserak -serak, dipungut para penjilat
Kegaduhan sahut -menyahut sambut -menyambut menjadi satu
Pihak asing dilindungi menguras bumi pertiwi
Ibu pertiwi menangis, anak tiri diberi fasilitas negara.
Anak kandung jadi kuli mengisi pembangunan
Pendidikan bodong terhoyong–hoyong,
Kurikulum dalam aplikasi, para pendidik pusing
Waktu terkuras hanya untuk sebuah penilaian,
Angka jadi rebutan, nilai selalu terabaikan
Negeri gaduh, di ujung tanduk
Para pemimpin disandera politik,
Rakyat mengeluh hingga berpeluh seluruh.
Lhokseumawe, Septembe 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H