Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Di Manakah Penyairku?

Diperbarui: 18 April 2024   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sumber Gambar: Pixabay 

Mengapa setiap tinta harus menetes pada aksara berdarah mesra
Mungkinkah jagad ini  dikendalikan oleh nafsu membabibuta
Atau penyair yang mengabdi pada dewa amor sampai berpeluh- peluh  

Mengapa setiap tinta harus menetes pada aksara di atas telaga   syhawat
Ataukah penyair mati rasa melihat bebalnya negeri
Sehingga  burung pelatuk memahat gunung karang menjulang ke angkasa

Mengapa setiap ujung pena harus menari di atas kisah  menggairahkan jiwa
Ataukah para pemahat aksara menyembah   ego sampai bego tak mampu mengeja tanda
Bukankah   penyair itu bekerja dengan tatapan batin meneropong dalam angan?
 
Wahai penyairku...
Maafkan Aku telah membuka tiraimu malam ini
Tak mampu bersuara lantang karena jasadnya terhimpit di parit- parit besi

Wahai penyairku...
Hunuskan mata penamu ke medan laga
Ayo tebas geraham- geraham baja menerkam setiap inci isi negeri
Berhenti mengais kasih di balik aksara bernapas rindu berwarna ungu
 
Maafkan Aku wahai penyair....
Aku hanya menyambung lidah- lidah berdebu ltak paham cara berlagu

Lhokseumawe,  2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline