Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Aku Mengusung Keraguan

Diperbarui: 2 April 2024   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay 

Kau dan Aku dalam antrean pada gelapnya lorong
Kau pendobrak gerbang istana
Tali pusar melilit di jalanmu
Aku  merangkak di muka gerbang menyusur alur bulan  sabit

Dentingan  menit memutar arah
Kau tergesa-gesa menopang langit
Darah persalinan bunda masih menetes di mata kaki
Ari- ari mu belum habis disantap belatung,
Kau  sudah berlarian menjengkal bumi

Aku mengusung ragu di pundak
Barisan pulau menjalar di jidatku
Danau peluh mengapung di lesung pipi
Kenapa jasadmu tak membekas bayang
Kenapa kakimu tak mencium bumi
Atau mungkin,
Kau selingkuhan malaikat

Kau dan  Aku  berada dalam kereta panjang
Adakah Kau dengar jeritan  peron ,

Merangkak menuju napas  terakhir
Aku  telah kau campakkan dalam jarak tak berentang
Padahal setelah Kau dahaga dengan susu bunda,
Aku menyusul giliran


Kini, tlah kulepaskan pelukan harapan
Jemari tak lagi merangkul kepalan
Lengan kubiarkan sejajar bahu
Mataku tlah kuberi tirai
Sang pemburu nyawa merampas harapan pada jiwa yang angkuh

Aku tetap menanti di muka gerbang
Saat waktu mengundang  pulang
Antrean membuncit  mengapit masa
Penngait mu patah digilas peron

Lhokseumawe, April   2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline