Malam ini di pinggang sepi
Aku menghitung debu pulas di jendela
Warna putih tersamar dalam kabut
Roda terus menggulir waktu
Berjalan bagai kilat menjilat malam
Nafsu semakin agresif menebar angin
Suara langit telah lama menjauh
Aku lelap dibelai cerita semu
Noda - noda hitam mulai bersekutu
Bulan menutup diri
Cahaya bungkam
Aku terpaku di ruang waktu
Bulan terlelap dalam pangkuan
Senja merambat menjemput malam
Dadaku telanjang
Jiwaku meradang
Tenggorokan kerontang
Harapan meronta-ronta
Aku diam dalam tatapan
Keringat mengurat cerita
Cermin memantul kisah
Di sini...
Dunia diumbar menelanjangi syahwat
Bulir -bulir bening mengupas bola mata
Aku terjebak diantara dua kutub
Malam ini di pinggang sepi aku diadili
Oleh rasa yang menabuh asa
Oleh cinta yang kekal tak bertepi
Oleh jiwa mengaduh pilu
Oleh nafsu mengangkang dunia
Oleh tangan berkacak pinggang
Menopang langit, menantang matahari
Malam semakin mengerucut
Debu- debu menumpuk di jendela
Tadi pagi kulihat angin kembali ke lembah
Dadaku sesak, perseteruan berkecamuk
Rongga dada berdegup dihantam kekalutan
Lhokseumawe, Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H