Seikat kata meledak- ledak di dada
Ingin keluar dari pasungan kemarau rasa Namun kerongkongan menghadangnya
Kadang Ia bersetubuh dalam darah Mengalir ke saraf, lalu memporak -porandakan seisi jasad
Untaian kata itu berontak, mohon kebebasan dari makna yang ditabalkan padanya.
Sekali dalam semasa Ia menjerit seperti petir, hingga seluruh ruang raga terjaga
Keluarkan... Aku!
Keluarkan... Aku dari dada pengap ini!
Aku ingin bebas
Jangan libatkan Aku dalam gejolak mu!
Silakan saja memaki!
Silakan saja menghardik!
Silakan saja mencaci sepuas hatimu !
Ingat!
Aku bukan budakmu
Sudah cukup beban dosa yang Ku pikul Akibat kecerobohan mu
Aku bukan cerobong dosa mu.
Aku adalah Aku
Kau adalah Kau