Lihat ke Halaman Asli

Muklis Puna

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Puisi: Seikat Kata Tersiksa

Diperbarui: 12 Februari 2024   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seikat kata meledak- ledak di dada
Ingin keluar  dari pasungan kemarau rasa Namun kerongkongan menghadangnya

Kadang Ia bersetubuh dalam darah Mengalir ke saraf, lalu memporak -porandakan seisi jasad 

Untaian kata itu berontak, mohon kebebasan dari  makna yang ditabalkan padanya.

Sekali dalam semasa Ia menjerit seperti petir, hingga seluruh ruang raga terjaga

Keluarkan... Aku!
Keluarkan... Aku dari dada pengap ini!

Aku ingin bebas
Jangan libatkan Aku dalam gejolak mu!

Silakan saja  memaki!
Silakan saja menghardik!
Silakan saja mencaci sepuas hatimu !

Ingat!

Aku bukan budakmu

Sudah cukup beban dosa yang Ku pikul Akibat kecerobohan mu
Aku bukan cerobong dosa mu.

Aku adalah Aku
Kau adalah Kau

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline