Anakku...!
Maafkan Kami tak bisa melayani sepenuh hati
Pendidikan berlangsung dalam aplikasi
Orang - orang dimasukkan dalam kotak lima inci
Lalu, diantar lewat jaringan dalam jarak yang dilipat
Saling menyapa pada ruang hampa demi selembar sertifikat
Anakku ...
Maafkan Kami, karena tak lagi jadi teladan
Kami telah menjadi tamu di rumah sendiri
Aplikasi disembah bagai raja di istana
Para punggawa mengawasi dalam pelatihan mandiri
Pendidikan mulai aneh dan menggelitik
Anakku ...
Kurikulum seperti dikumur- kumur
Setiap lima tahun berganti baju dan nomenklatur
Kami bingung terhuyung - huyung
Bagai kuda beban dipasang kaca mata hitam,
Lalu disuruh merumput di lahan tandus
Anakku...
Di depan perpustakaan yang kesurupan
Pada koridor sekolah yang kedinginan
Kami mengurut dada menghadang penyesalan
Anakku..
Kalau begini cara Kami membesarkanmu
Kalian bisa apa kelak, ketika negeri dilanda badai
Badai kemajuan yang mendekatkan jarak
Badai teknologi yang mengusir orang - orang dekat
Badai informasi yang menghapus sekat - sekat negeri
Anakku...
Maafkan kami tak lagi melayani sepenuh hati
Kadang kalian harus mandiri, karena kami di pelatihan mandiri
Hari - hari ini kami diculik aplikasi dalam negeri
Anakku...
Pahamilah Kami
Anak Kami, istri Kami dan keluarga Kami,
Bergantung pada sertifikasi
Itu hanya ada pada satu aplikasi
Lhokseumawe, Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H