Seperti percikan api di belantara negeri
Di bawah gambut lembut engkau membara
Dari atas, asap - asap tipis tersamar mata
Lama sudah namamu mengambang di udara
Pelan tapi pasti...
Kau bakar diri menerangi dunia
Tak ada yang peduli,
Hanya beberapa yang menyapa
Suaramu tersangkut di kerongkongan
Napas mu diberangus isu
Kesepian dalam derita mendera
Para penguasa tak bergeming
Karena tak ada popularitas yang dapat diretas
Aku ingat betul ketika kita bersua
Saat ujung kakimu mencium teras gubug ku
Adalah penyesalan tak terbayar
Ketika kau meradang,
Aku tak sempat bersapa
Ketika kau teriak historis
Aku alpa memahami mu
Kini kau terbaring di ujung negeri
Namamu menguap dimana - mana
Mobil- mobil pemadam berhamburan
Mengendong air ribuan barel
Menyiram di atas gambut,
lalu mengumbar lewat udara
Aku terpaku lesu dan bisu
Entah ada popularitas di balik nama mu
Beribu - ribu tamu berkunjung saat kau membisu dan kaku
Kawan...
Lewat sajak berbaris diksi
Aku berkunjung padamu
Engkaulah sejatinya guru
Lhokseumawe, Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H