Lihat ke Halaman Asli

Muklis Puna

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Menakar Suara Pemilih Bimbang, Emosional, dan Intelektual pada Pemilu Tahun 2024

Diperbarui: 20 Desember 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd. 

Menyikapi suasana  kampanye yang diikuti  oleh paslon capres cawapres dan legislatif,  baik  tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota. Hal ini semakin menarik saja untuk dianalisis dari  beberapa sudut pandang. Adapun kajian  yang sangat mengemuka dan urgen untuk dilakukan adalah adanya pemilih yang tidak dapat dijaring dengan teknik dan metode survei yang dilakukan  oleh  berbagai lembaga survei di Indonesia. Situasi seperti ini bertambah banyak dan bergulir begitu cepat sejak digelarnya debat capres pada  Jumat, 12 Desember 2023. 

Setelah  debat capres tersebut digelar muncul berbagai analisis, baik rakyat biasa, para pakar politik,  pakar komunikasi bahkan sampai melibatkan orang-orang yang mampu membaca pikiran , berhubungan dengan pola pikir para kontestan pemilu.  Menarik untuk ditelusur mengapa setelah debat digelar banyak hal yang memunculkan kontroversial terhadap para capres dan cawapres?  Ada yang selama ini sudah begitu fokus pada pilihan , walaupun yang terjadi  mereka tetap komit mendukung pasangan  idamannya. Akan tetapi,  setelah pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat nasional capres banyak yang keluar dari komitmen yang sudah digariskan dari awal. 

Peristiwa  ini menunjukkan adanya penilaian yang dilakukan oleh masyarakat setelah menyaksikan debat yang disiarkan ke seluruh jagad negeri . Penilaian yang diberikan tentunya berkaitan tentang gagasan -gagasan yang diadukan oleh para capres dan cawapres. Ada yang  menjadi penguasa panggung debat, namun ada juga yang mencoba jadi penengah diantara para capres lain melakukan debat. Selanjutnya ada juga seperti tidak dipersiapkan secara matang oleh  tim pemenangan serta  tidak memahami  aturan-aturan debat yang berwibawa. 

Berdebat itu mengadukan gagasan, merebut hati  para dewan juri. Hal ini berlaku pada lomba debat yang dibuat pada tingkat sekolah. pada moment ini  masalah benar tidaknya data yang disajikan, baik kuantitatif maupun kualitatif, bukan masalah yang krusial  bagi sang juri.  Ketepatan memberikan argumentasi dalam bentuk data dan fakta untuk  menguji sebuah mosi merupakan hal utama dalam debat.  Artinya, gagasan yang dipertandingkan dalam debat menemukan jalannya sendiri. 

Untuk debat yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum ( KPU) adalah mengadukan gagasan global yang fenomenal  terjadi di negeri ini. Ketelitian memberikan solusi terhadap pertanyaan yang diberikan panelis adalah sebuah penilaian yang dijsdiksn indikstor  oleh masyarakat.  Berbeda dengan sistim debat yang sudah disebutkan di atas, dalam sistem debat capres- cawapres  ini adalah merebut perhatian masyarakat atau pemilih dalam pemilu Tahun 2024. Seberapa pentingkah debat yang diselenggarakan KPUKomisi Pemilihan Umum ( KPU) terhadap masyarakat dalam menentukan pilihan? Selanjutnya  bagaimana kondisi pemilih yang dimunculkan setelah debat berlangsung? Hal ini telah memunculkan kelompok-kelompok pemilih yang meliputi, pemilih bimbang, pemilih  emosional dan pemilih intelektualitas. 

Pemilih  Bimbang (Swing Voters )

Pemilih bimbang   berkaitan dengan capres-cawapres adalah pemilih yang gundah gulana. Pemilih ini tidak mepunyai pijakan yang kuat dalam menentukan pilihan  sampai mendekati hari H pemilihan umum. Mereka berasal dari berbagai strata sosial dan pendidikan. Dari strata sosial, mereka dapat berupa orang -orang hebat yang punya kehidupan matang  dan mampu.  Kebimbangan mereka terhadap  capres dan cawapres yang dimiliki dipengaruhi oleh serangan informasi dari media sosial maupun setelah menonton debat perdana yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU) 

Mereka para pemilih bimbang adalah orang -orang yang menggunakan pikiran sebagai sandaran dalam menentukan pilihan. Informasi  tentang  capres dan cawapres dikonsumsi begitu tinggi dengan memadukandata yang ada di lapangan. Selanjutnya, mereka ini terdiri dari generasi Z yang belum paham betul tentang pemilihan umum yang dilaksanakan setiap  lima tahun sekali. Bagi mereka   yang belum punya pengalaman sehingga pola pikirnya mudah dipengaruhi oleh informasi yang berkembang.  Ini begitu mendominasi dalam pemilu Tahun 2024,  dan mereka juga konsumen informasi terbesar khususnya berkaitan dengan capres dan cawapres. 

Setiap   tim  capres dan cawapres  baik daerah maupun nasional melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian para pemilihpemula  yang tergolong bimbang.  Berbagai cara , daya, dan  upaya dilakukan untuk merebut hati para pemilih pemula yang dilanda gemalau rasa. Gaya -gaya milenial yang berhubungan dengan mereka diatur dan ditata agar mereka mau bergabung untuk mengantarkan para capres  ke kursi RI 1.  Jumlah mereka sangat banyak di negeri ini, mereka bertaburan pada berbagai jenjang sekolah. 

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka termasuk pemilih yang  diidolakan para capres dan capwares? Jawabnya mereka mendadak jadi pemilih,  karena faktor usia yang dijamin oleh konstitusi. Sementara pengetahuan tentang pemilu hanya didapat di media sosial  yang lewat di beranda mereka.  Mereka adalah kaum  rasional dalam menentukan pilihan. Hal ini karena  mereka lahir dan dibesarkan oleh arus teknologi yang begitu canggih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline