Lihat ke Halaman Asli

Muklis Puna

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Puisi: Pejuang di Ujung Mesiu

Diperbarui: 5 Desember 2023   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay 

Lelaki tambun muncul  di ujung  mesiu dan meriam
Wajahnya garang bagai singa kelaparan
Kukunya  baru tumbuh, ketika  raungan meriam  diam

Mengaku menelan puluhan musuh ketika rusuh
Padahal mengembara jauh  ke negeri seberang bekerja sebagai antek musuh

Retorika perjuangan berapi- api menghipnotis  pemuda  lugu yang  belagu
Dulu, ketika para bayi merenggang nyawa di pangkuan ibunya,
Ketika para gadis dicabut keperawanan di depan ayah kandungnya
Ketika para ayah dicium peluru panas dengan bertelanjang dada di depan anaknya
Ketika ibu hamil dibedah perutnya oleh musuh dengan bayonet
Ketika rumah. meunasah dan mesjid  jadi api unggun,

Dia tersenyum sinis sambil merayakan kemenangan dalam batinnya.

Topan badai sudah berlalu
Dia  tak punya malu mengaku sebagai penghubung
Mulutnya bau, nafasnya bagaikan nafas naga  
Sekarang dia perlente bagai bunga bangkai  di pinggir jamban

Dia kini menjelma seperi burung pemakai bangkai
Merasa sudah berbuat lebih untuk sebuah prahara yang berlalu.
Sekarang pulang datang mendulang hasil pejuang sejati yang tak pernah lekang

Ternyata keberaniannya bersembunyi dibalik dinding  kesopanan telah menjadikan dirinya raja.
Sabarlah para pejuang  sejati, karena engkau telah menjadikan dirimu lilin   


Lhokseumawe, Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline