Entah ke mana besi ular itu menjalar?
Lima riibu seratus kilometer jarak tempuh dilewati
Mengular di atas bidak dunia
Kereta harapan tertatih di garis khatulistiwa
Peron -peron menjerit menampar telinga
Logam tua masa kompeni, pipih disetrika matahari
Sejak aku ingusan,
Raungan kereta merontokkan nyali dunia
Seribu satu cara digalang lawan
Keretaku gagah merejam malam
Seribu kuda tak mampu menikung belokan
Kini...
Bisu membeku bagai besi renta
Penumpang mengemis dalam gerbong kelaparan
Penganguran di wisuda per kwartal
Lapangan kerja seukuran tenis meja
Di gedung mewah, senator menjual kemiskinan
Menyoraki keadilan menjerat diri
Orang jujur dikubur di keramaian
Kereta negeri lapuk didera hujan dan bola api
Kereta negeri tak lagi perkasa
Penumpang melompat lewat tingkap
Dulu...
Aku bangga dengan keretaku
Berpeluh -peluh kudendangkan keperkasannya
Kini....
Dibalik kaca mata hitam aku mendendangkan nasibmu
Oh keretaku....
Masih beranikah waktu berputar kearah pukul dua belas
Aku sudah lama antre di stasiun menua
Lhokseumawe, November2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H