Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
aku mencintaimu tidak seperti pasang menghantam pantai
riuh menyeru seolah gunung mau runtuh
aku mencintaimu bukan laksana petir di musim kemarau
gemuruhnya menjatuhkan matahari pada gantungan langit
padahal cuma gerimis membakar ilalang
aku mencintai laksana angin mengirim pesan pada ranting
adalah sulit mewujudkan mana diriku dan dirimu
setiap dentingan jantung selalu melagukan namamu
aroma badanmu pun kukenal akrab,
walaupun dalam hembusan mimpi
ribuan kisah telah dipasakkan pada bidang dada sebelah kanan
menjelma dalam sutera keemasan
membalut kasih mengubah rindu jadi penyiksa
dirimu tak usah bersusah mendesah kisah padaku
tanyakan bathinmu disitu Aku menyewa lapak hidup buat selamanya
aku bukan perayu semu penawar surga semu
aku bukan lelaki romantis dalam kata bertema cinta
menjual kepalsuan dalam bait-bait penawar duka
mencitaimu adalah keharusan
jiwa telah kugadaikan buatmu
kita adalah satu jiwa dalam dua jasad
berkelana dalam kisah menembus ruang dan waktu
sampai cerita dunia tamat
Aku mencintai laksana angin menggendong embun mengawal dalam keringnya kasih
Lhokseumawe,November,2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H