Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
alam mulai berbenah, gunung berkemas
setiap ayunan jarum jam berdenting
laut tak lagi dahaga,
Ia hampir tak berpasang,
Matahari enggan membusur api
gerombolan bajingan keranjingan dosa
jingkrak -jingkrak di bawah pijar kian redup
langit mengamuk meludahkan hujan tanpa batas
angin tak mampu mengusir mendung
awan gelap mengambang di angkasa
banjir ganas mengancam nyawa,
rumah-rumah, sekolah, menasah
dan mesjid di pikul bakul ke hulu tak berdermaga
sebentar lagi para penjilat
menghadang dengan proposal
beribu tanya harus dijawab
beribu hilang harus dihitung
beribu rusak harus dinampakkan
sebagai data bala bantuan
tunggu setelah iklan berikut
kotak ajaib mulai mengoceh i berpekan-pekan
kenapa hujan cepat sangat ke hulu
kenapa gunung berkemas
kenapa sungai lelah
kenapa laut tak lagi dahaga
ribuan kenapa bersumpal di mulut pembawa acara
baju lusuh di lemari kumuh dikumpulkan,
seragam kusam disertika disulap hingga mengkilap
atribut kabur diarsir dengan tinta murahan
diangsur -angsur ke gubug gubug lusuh
mi instan kedaluarsa berkardus kardus di kirim ke dapur umum
dadanya busung, jalannya bercucur keringat pengharapan
gaya bergaya bak pahlawan film Holywood
dengan trik menipu bayang,
kartu truf dijulurkan dari saku kebohongan
ingat..! saya maju tahun depan
Lhokseumawe.. November,2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H