Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Sudah Belajarkah Kita?

Diperbarui: 1 November 2023   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Oleh: Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.

 "Seandainya ada orang mau mengajariku satu kata saja, maka Aku rela jadi pembantunya" Ali Bin Abi Thalib"

Indah dan sederhana sekali kutipan Sayyidina Ali yang merupakan ahli surga . Beliau sudah mendapatkan tiket resmi menuju Janantul Naim. Kata kunci utama yang membuat kutipan itu punya roh yang maha dahsyat adalah belajar. Belajar identik dengan ilmu. Ilmu harus dituntut. Dalam sejarah manusia hanya dua hal yang diturunkan dari langit, yaitu wahyu ilahi dan hujan sebagai sumber kehidupan, Selebihnya semua berproses dengan mengikuti siklus dan sistem sesuai dengan sunanatullah.

Berbagai konsep sudah diramu dan diracik oleh para pakar dan pendahulunya tentang kata" belajar'. Jika konsep belajar  dikupas dalam bangunan tulisan ini mungkin pembaca tidak akan sampai pada tema yang telah ditetapkan di atas. Penulis dapat menduga, sebentar saja bola mata pembaca menjalar dalam tabulasi kata pada tulisan ini, maka secepat kilat pula tulisan ini ditutup. Hal ini kalau  teori tentang belajar penuh sesak meluap dalam artikel ini.

Betapa pentingnya kata belajar bagi setiap individu yang sudah berakal atau balig. Dalam Islam, belajar diwajibkan mulai dari alam kandungan sampai akhir hayat. Bahkan Nabi Muhammad sebagai penghulunya Nabi, jauh sebelum dunia mengenal negeri China, beliau sudah memberi amaran tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.

Kutipan dan uraian di atas bukanlah pepesan kosong belaka. Buktinya dunia dapat sehebat dan se -modren begini hanya terjadi karena belajar. Inti dari belajar secara sederhana adalah terjadinya perubahan. Perubahan adalah  proses berpindahnya pola pikir, sikap dan tingkah laku dari yang tidak bagus menuju hal - hal yang bersifat positif.

Pada zaman baheula, saat manusia baru mengenal tulisan, mereka sudah membekali dirinya dengan belajar. Orang- orang yang menjadi publik figur di dunia ini juga telah melewati proses ini dengan begitu panjang dan penuh tantangan.

Fenomena belajar pada saat ini sudah menjadi lips service pada semua kalangan. Akan tetapi realisasi dan aplikasi kata belajar dalam diri setiap individu jauh sekali bagai panggang dengan apinya, bagai langit dengan bumi dan bagai matahari dengan bulan. Begitu jauh hingga sulit menguraikan lebih detail.

Menurut ahli filsafat bahwa ilmu itu didapat dari rasa penasaran dan ragu ragu, agama itu berangkat dari keyakinan dan cinta itu berangkat dari rasa kagum. Bumi ini dipastikan bulat setelah Galilei Galie Leo dipenggal dan dilanjutkan oleh rasa penasaran Colombus untuk mengelilingi dunia.

Rasa penasaran Thomas Alfa Edison ketika berada di hamparan malam. Ia berpikir seandainya kilatan petir dimasukkan dalam sebuah wadah transparan, maka akan bermanfaat bagi manusia sebagai penerang. Ide dan lamunan tersebut diaplikasikan dalam treatment yang nyata munculah lampu pijar yang mampu menerangi pembaca mengulik tulisan ini.

Lain lubuk lain ikan, lain padang lain juga belalangnya. Lain penemu lain pula jalan ceritanya. Perlu dipahami bersama bahwa semua  temuan dan produk yang digunakan sekarang adalah hasil dari usaha gigih yang maksimal dari para pembelajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline