Lihat ke Halaman Asli

Antara Yamaha dan Pesaing Beratnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pengalaman punya / menggunakan dua merk motor, menjadi sebuah pengalaman berharga dan layak untuk diceritakan, meski tidak ada niat untuk mendiskreditkan salah satu merek.

Mei Tahun 2008, saya membeli motor second, dari seorang kawan. Spesifikasinya adalah Motor X, 125 cc , pelek jari-jari, buatan tahun 2005, motor biasa bukan injeksi. Pada waktu itu odometer menunjukkan angka 23 ribuan km. Dan saya coba, suara masih lumayan jernih, tenaga juga cukup kuat tarikannya. Setelah ke tangan dengan bandrol 8.4 juta rupiah, motor saya pergunakan sehari-hari untuk jarak pp paling banyak 15 km per hari ke kantor. Lumayan membantu. Untuk urusan servis, saya percayakan kepada bengkel resmi.

Sayangnya, setelah beberapa ribu km, mungkin mendekati kisaran 28 ribu, pada waktu servis dikatakan oleh bengkel bahwa harus mengalami turun mesin dan mengganti beberapa kompononen, di antaranya adalah ring seker, rantai seker, serta valve / klep buangan yang ada dua buah itu. Duss… akhirnya mau nggak mau terpaksa harus menerima dengan ongkos total menghabiskan nyaris sejuta rupiah.

Setelah itu, bulan maret 2009 saya bawa ke Surabaya karena domisili pekerjaan yang ada di sana. Motor saya pergunakan sehari-hari, terkadang sehari sampai 120 km pp. Servis rutin dan ganti oli saya lakukan maksimal tiap 2000 km atau tiga bulan. Alhamdulillah bisa tetap bertahan.

Masuk Juli 2011, setelah seminggu diservis rutin oleh bengkel resmi langganan, tenaga motor mendadak drop. Awalnya tidak terlalu curiga. Tetapi setelah beberapa hari tidak pulih juga terpaksa dibengkelkan ke bengkel resmi yang lain. Diagnosanya, motor rusak dan harus turun mesin. Terpaksa diiyakan karena daripada memelihara motor dengan kondisi tidak prima. Penggantian komponenpun dilakukan. Kalau tidak salah, di antara yang diganti adalah komponen thorax / piston karena ada yang patah. Saat itu odometer menunjukkan angka 48ribuan km. Total biayanya habis sejuta lebih sedikit. Berbeda beberapa puluh ribu dibandingkan turun mesin waktu di Jakarta.

Setelah beres turun mesin, kesimpulanpun sudah diambil. Yakni harus ganti ke motor baru yang masih lebih terjamin riwayat perawatannya. Tetapi motor ini harus dijual terlebih dahulu. Padahal, ini adalah kendaraan pertama yang kami miliki dengan penuh keringat. Apalagi sudah dimutasi dari Jakarta ke Sidoarjo yang menghabiskan biaya sekitar sejuta juga (termasuk transport). Akhirnya di dealer motor dekat rumah, laku 5.5 juta, lebih tinggi setengah juta dibanding dealer yang lain.

Selang beberapa hari, dengan ditambahi hasil jerih payah juga, sepakat diganti dengan Yamaha Jupiter MX 135 cc, buatan tahun 2011. Harga cash pada bulan Juli 2011 senilai 16,370 ribu, on the road di Madiun Raya.

Secara umum, membandingkan motor X dan Yamaha, bila sudah sama-sama berusia, yang saya rasakan degradasi tenaga mesin terasa sekali di motor X. Apakah ini karena terkait masa garansi yang hanya 3 tahun atau 25.000 km saja ? Ataukah metalurgi komponen dalam mesinnya yang berbeda ketahanan ? Saya kurang tahu.

Motor istri, yang kini sudah didowngrade untuk angkutan di kandang adalah Yamaha Crypton tahun sekitar 2001. Dulu sehari-hari dipakai kuliah di Solo dan pp ke Magetan (tiap 2-4 minggu). Pernah juga menjadi korban gempa Yogya sehingga harus diperbaiki. Namun sampai sekarang masih kuat menanjak sambil membawa pakan seberat setengah kuintal lebih di lereng Lawu. Padahal perawatannya tidak sebagus Motor X saya.

Ada juga Motor X (bukan 125cc), yang juga sudah berusia lebih dari 6 tahun, rutin dirawat. Tetapi tenaganya cenderung berkurang drastis serta bunyi mesin tidak lagi jernih.

Oom saya juga punya Motor X 125 cc, yang beli dari baru. Tahunnya 2007/2008. Dipakai sehari-hari di lereng Lawu, paling banter sehari pp 30 km. Saat ini malahan sudah turun mesin dan saya rasakan tenaga mesinnya berkurang drastis tidak seperti dulu lagi. Suaranya tidak lagi jernih.

Maka, saat ini sekeluarga besar jadi lebih banyak menggunakan Yamaha, dengan MX ada empat buah, Crypton satu buah, dan Motor X biasa satu unit. Kemungkinan ke depannya akan menambah Vega untuk operasional di lereng Lawu sana karena terbatasnya armada.

Harapannya, ke depannya Yamaha mengeluarkan juga motor dengan sistem injeksi untuk jenis bebek, karena kebanyakan keluarga yang akan menggunakan motor injeksi bila tipenya adalah motor laki-laki, jarang wanita yang bisa mengendarai karena selain tinggi juga menggunakan kopling.

Secara pribadi saya suka motor cowok, tetapi karena alasan harus berbagi / bergantian, akhirnya disepakati motor bebek saja. Selain itu, populasi motor yang paling banyak pasti motor bebek, sehingga bila menggunakan injeksi, peran pengurangan polusinya juga sangat signifikan karena lebih irit bahan bakar. Bravo Yamaha !!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline