Lihat ke Halaman Asli

Esensi Silaturrahmi dan Upaya Penodaan di Hari Lebaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_129026" align="aligncenter" width="479" caption="berita yang menodai kegembiraan lebaran (sources: http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/09/01/saudi-arabia-1-syawal-adalah-rabu-31-agustus-2011/)"][/caption] Momen lebaran selalu terikat dengan "gairah" silaturrahmi. Selesai sholat sehabis menyantap ketupat, biasanya kita langsung berkeliling ria, kunjung mengunjungi tetangga dan saudara. Untuk apa? tentu saja silaturrahmi, mempebarui ikatan dengan saling bermaafan. Inilah tradisi baik yang menjadi warisan bumi pertiwi. Bahkan saking semangatnya bersilaturrahmi, setiap lebaran pasti terjadi exodus besar-besaran dari kota ke desa, dari Jakarta ke daerah-daerah. Tak peduli jalan macet, tak peduli harga tiket dua kali lipat, demi silaturrahmi rakyat rela bersusah payah kembali ke desanya. Esensi silaturrahmi sendiri sebenarnya bukan sekedar kunjung mengunjungi, kalau itu yang dimaksud maka namanya bukan silaturrahmi tapi safari. Seperti pejabat datang ke desa, itu safari, belum tentu silaturrahmi. Esensi silaturrahmi adalah menanamkan kegembiraan dan kebahagiaan kepada orang yang kita kunjungi. Dalam hal ini, prosesi pulang kampung tentu merupakan ekspresi dari silaturrahmi yang tertinggi, dengan catatan sepanjang hal itu bisa menjadi sarana berbagi kegembiraan dan kebahagiaan. Di era teknologi seperti saat ini, mengirim email, sms, telpon, ataupun saling menyapa via jejaring sosial juga bisa menjadi bagian dari silaturrahmi, dengan catatan sekali lagi sepanjang hal itu bisa kita gunakan untuk menanamkan kebahagiaan dan kegembiraan. Konon, orang yang gembira dan bahagia akan mengeluarkan kata-kata yang baik saja. Itulah sebabnya mereka yang suka bersilaturrahmi berpeluang memperoleh kemurahan rejeki dan umur yang panjang. Karena mereka yang bersilaturrahmi pada hakekatnya sedang memancing kata-kata baik terucap, dimana kata-kata yang baik ini bisa terkonversi menjadi doa-doa yang baik pula. Sayangnya, ada saja orang yang sengaja atau tidak sengaja telah menodai kegembiraan di hari lebaran dengan informasi yang berpotensi menyesatkan dan melahirkan kecurigaan, kegelisahan bahkan permusuhan. Postingan di Kompasiana mengenai berita kerajaan Arab yang minta maaf karena salah memutuskan 1 syawal adalah salah satu contoh dari upaya menodai kegembiraan lebaran. Karena info yang tidak didasarkan sumber yang valid itu telah sukses menebar keraguan bahkan kebencian. Pada lebaran ini, meski ada yang merayakannya pada hari yang berbeda, marilah kita menyelesaikan polemiknya dan jangan malah memperpanjangnya. Terlepas ada permasalahan di tingkat elit dalam mengambil keputusan dan kegagalan mereka dalam membuat kesepakatan, toh rakyat pada dasarnya ridho dan tidak mempermasalahkannya lagi, karena memang rakyat telah dewasa dalam melihat perbedaan. Marilah kita saling bersilaturrahmi, saling menebar kegembiraan dan kebahagiaan, dan bukannya malah menebar permusuhan dan perpecahan dengan informasi dan berita yang sumbernya tidak karu-karuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline