Lihat ke Halaman Asli

Kisah Kasih Buruh Miskin

Diperbarui: 25 November 2020   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuletakkan lamunanku di beranda rumah tua
Bahkan usangnya telah raib termakan usianya
Desau angin kampung mengajakku bicara
Ditemani teduh kopi meledek sambil tertawa

Lelahku mengajakku masuk ke sebermula
Membanting tubuhku ke kasur tanpa busana
Dekorasi kecil melambai dari muka almanak kusut
Reot pilarnya menjerit tak sanggup lagi bertaut

Sejawatku berhamburan ke rongga hampa
Negeri asalnya timbul di sela bunga tidurnya
Sanak saudara sekarat menanti pulangnya
Sisanya berdialog dengan cermin melankolia

Lekas aku mencoba menemui Tuhanku
Seorang diri di punggung sebuah surau
Doaku beterbangan mencoba saling terkabul
Sedikit syukurku sejenak membantuku terpukul

Aku dan lamunanku kembali merangkum
Merawat segudang angan yang masih ranum
Langkahku tegap menyusul sisa takdirku
Hingga liang terbuka menangkup ajalku

BigD




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline