Pada tanggal 16 Mei 2018 Penulis membuat tulisan di Kompasiana dengan Judul "Kebangkitan DI/TII Dan Pemindahan Basis ISIS Asia Tenggara Ke Indonesia" di dalamnya ada memuat tulisan:
"Kader intelek mereka disusupkan dan menyusup menjadi pegawai negri, dosen dan mungkin politisi atau anggota dewan? Yang paling berbahaya mungkin menjadi polisi dan atau menjadi tentara?"
"Indikasinya tergambar dari semaraknya pembela HTI tatkala dibubarkan oleh pemerintah. Ada beberapa pensiunan jendral TNI tersirat membela mereka. Partai Gerindra, PKS dan PAN terang benderang berfihak mendukung keberadaan HTI".
Maksud penulis, bahwa HTI yang ber-idiologi pan-islamisme yang ingin mendirikan khilafah islam yang notabene adalah Darul Islam (DI) bukan tidak mungkin sudah merasuki "oknum anggota dewan" Republik Indonesia. Contohnya tersirat dari pernyataan di medsos seperti:
Wakil ketua DPR-RI, Fahri Hamzah mengecam penggeledahan kasus dugaan radikalisme yang dilakukan aparat Densus 88 Antiteror Polri di gedung FISIP, Universitas Riau, Kota Pekanbaru. Dia menyampaikan pendapatnya lewat Twitter dan selalu diberi tanda #SaveKampus.
"Kampus harus menyiapkan tim khusus untuk melakukan penyelidikan sendiri. Jangan biarkan suasana kampus mencekam dan dipenuhi ketakutan. Jangan biarkan mahasiswa terutama aktifis Islam menjadi terasa dalam ancaman". #SaveKampus," tulis Fahri di Twitter.
"Pengeledahan dengan membawa senjata laras panjang ke kampus seperti perang dengan mahasiswa dan seolah kembali ke zamam batu" Dan Fahri bahkan men-tag akun Twitter Presiden Joko Widodo @jokowi, yang menyebut Jokowi tidak pernah menjadi aktivis.
"Memang, bangsa kita sedang dipimpin oleh akal yang kurang sehat. Kegagalan dianggap prestasi dan semua menyembah mediokrasi. Ini krisis yang akan segera berakhir. Insya Allah cahaya akan datang sebentar lagi. Amin". #SaveKampus," Fahri menambahkan.
Dan ternyata, hasil dari penggeladahan itu diperoleh fakta mengejutkan. Densus 88 telah mengamankan tiga tas ransel, menyita 4 bom siap pakai dan mengamankan 3 terduga teroris. Temuan ini membuktikan akurasi dari hebatnya inteljen polri yang bisa mendeteksi kegiatan teroris di kampus tersebut.
Tiga orang terduga teroris masing-masing berinisial Z, B, dan K ditangkap tim gabungan di Gedung Gelanggang Mahasiswa, FISIP, Universitas Riau.
Ketiga terduga teroris tersebut merupakan alumni Jurusan Pariwisata, Komunikasi dan Administrasi Negara Univeritas Riau pada tahun angkatan 2002 hingga 2005.