Lihat ke Halaman Asli

Mujib Almarkazy

Menulis untuk memanen pahala

Jabatan yang "Mewakili Tuhan" dari Kacamata Al Quran

Diperbarui: 21 Januari 2020   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jagonews24.com

Secara umum dunia diciptakan tuhan sebagai pengejawantahan terhadap kekuasaan-Nya. Tidak ada sebab-akibat yang terjadi kecuali telah digariskan oleh-Nya. Manusia adalah makhluk superior yang Allah ciptakan sendiri. 

Dengan berbagai kekurangan apa adanya tentunya. Manusia diberikan tanggung jawab untuk mengurus dunia untuk mewakili sang pencipta. Hal ini bisa dibaca dari firman-Nya. 

"Ketika Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya:"Aku hendak menciptakan (manusia) sebagai khalifah-Ku di bumi." (QS. Al-Baqarah: 30) 

Dalam dialog Allah SWT. Dengan malaikat tersebut, seakan malaikat menyangsikan capability (kemampuan) dari calon makhluk tersebut. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang layak karena begitu banyak tasbih dan zikir yang mereka senantiasa lakukan. Kemudian Allah SWT., Membuat uji kandidat calon Khalifah tersebut setelah diciptakan. 

Sang Adam yang dikaruniai akal oleh Allah mampu menunjukkan secara meyakinkan, bahwa ia lebih mampu untuk memimpin dan menjabat posisi Khalifah dimaksud dibandingkan para malaikat. 

Dengan akalnya Adam memberikan "Asma" nama. Ia mampu menjelaskan sifat dan atau memberi nama sesuai dengan sifat yang ada pada makhluk di bumi kepada malaikat dihadapan majelis Allah SWT. 

Sejak saat itu Sang Adam dan keturunannya dilantik menjadi khalifah, wakil Allah dipermukaan bumi. Terlepas dari cerita miring mengenai "kesalahan" sang khalifah pertama di surga ujian itu. Tindakan yang dianggap salah bagi sebagian orang itu hanyalah sebab yang telah digariskan oleh Sang Kreator untuk Adam as, turun ke bumi menjalankan tugasnya. Ia diciptakan bukan untuk menjadi khalifah di surga tapi di bumi. 

Khalifah bermakna wakil. Seperti julukan Sayyidina Abu Bakar ra, sebagai Khalifah Rasulullah Saw. Ia dipanggil seperti itu karena dialah pengganti atau yang mewakili Rasulullah Saw, dalam menegakkan agama dan melindungi umat yang ada dibawah kepemimpinannya. 

Makna khalifah tidak selamanya identik dengan sistem kepemimpinan yang dianut oleh sebagian paham. Semacam satu ormas yang memperjuangkan satu sistem kepemimpinan yang dianggap itu satu-satunya sistem yang turun dari langit untuk diperjuangkan. 

Padahal sejak Khalifah pertama dan para Nabi selanjutnya, Allah tidak mewajibkan sistem tertentu secara khusus. Cuman secara garis besar kepemimpinan Islam haruslah berdasarkan musyawarah. Hal ini telah diulas panjang lebar oleh Buya Hamka dalam bukunya, "Keadilan Sosial dalam Islam".

"Atas Rahmat Allah kamu berlaku kasih sayang kepada mereka. Jika kamu berlaku kasar dan berhati bengis, mereka akan lari menjauhi mu. Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun atas mereka dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam urusan itu. Jika keputusan telah diambil maka bertakwalah kamu dalam menjalankannya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Al-Imran: 159). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline