Lihat ke Halaman Asli

Mujahid Zulfadli AR

terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

Membangun Keteladanan, "Ini Baru Indonesia"

Diperbarui: 1 November 2016   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: @mprgoid

Tahukah kita ‘UUD 1945’ tidak boleh lagi ditulis seperti itu dan harusnya ‘Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945’?
Tahukah kita Sosialisasi Empat Pilar MPR ditranformasikan ke dalam ‘Gerakan Ini Baru Indonesia”?

Sekretaris Jenderal MPR RI, Mar’uf Cahyono menyambangi Makassar pada Sabtu kemarin, 29 Oktober 2016. Acara yang bertajuk “Ngobrol Bareng MPR RI – Netizen Makassar”  ini dihadiri oleh sekitar enam puluhan blogger. Kegiatan ini menggandeng Komunitas Blogger Anging Mammiri sebagai panitia penyelenggara lokal. Kunjungan ini agaknya bersifat penting mengingat ini adalah bagian dari sosialisasi Empat Pilar MPR. Alasan lain adalah menyaring aspirasi dan saran-saran dari para pelaku dunia maya.     

Hanya saja, kali ini mengambil bentuk yang lebih ‘soft’ daripada sekedar memberikan pengetahuan dan ceramah mengenai undang-undang. Kenapa begitu? Pimpinan di MPR RI bersepakat bahwa pembelajaran mengenai pokok-pokok kenegaraan dan nilai-nilai kebangsaan tidak bisa hanya diajarkan begitu saja dengan bahan yang begitu mentah. Akan tetapi dikemas dalam bentuk yang lebih nyata, lebih membumi Indonesia, lebih aplikatif dalam keseharian masyarakat, lebih kekinian, lebih fun, dan lebih asyik dipahami.

Sekitar lebih setahun lalu -permulaan Juni 2015- yang bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, MPR meluncurkan sebuah program yang bernama, “Gerakan Ini Baru Indonesia, dari MPR RI untuk NKRI”.

Gerakan “Ini Baru Indonesia” sebenarnya adalah perwujudan dari nilai-nilai yang akan diimplementasikan. Menariknya, ‘Ini Baru Indonesia’ ini punya semacam manifesto. Ketika ini diluncurkan, Ketua MPR Zulkifli Hasan membacakannya di depan Presiden Jokowi dan segenap hadirin yang hadir waktu itu. Pemilihan tempat kegiatan di Blora Jawa Timur –tempat kelahiran Soekarno- juga barangkali dimaksudkan untuk menggali dan mengaksentuasikan semangat dan pengorbanan para founding fathers.

Ini dia manifesto Gerakan “Ini Baru Indonesia” tersebut:

Masih Indonesiakah kita setelah sekian banyak jatuh bangun, setelah sekian banyak tertimpa dan tertempa, setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk. Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan, persatuan di atas perselesihan, musyawarah di atas amarah, kejujuran di atas kepentingan.

Ataukah ke-Indonesia-an kita telah pudar dan hanya tinggal slogan dan gambar? Tidak! Karena mulai kini nilai-nilai itu kita lahirkan kembali. Kita bunyikan dan kita bumikan menjadi jiwa dan raga setiap manusia Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke kita akan banyak melihat lebih banyak lagi senyum ramah dan tegur sapa, gotong royong dan tolong menolong, kesantunan bukan anjuran tapi kebiasaan, kepedulian menjadi dorongan.

Dari terbit hingga terbenamnya matahari kita melihat orang-orang berpeluh tanpa mengeluh, berkeringat karena semangat, kerja keras menjadi ibadah, ketaatan menjadi kesadaran, kejujuran menjadi bagian harga diri dan kehormatan.

Wajah mereka adalah wajah Indonesia yang sebenarnya, tangan mereka adalah tangan Indonesia yang sejati, keluhuran budi mereka adalah keluhuran Indonesia yang sesungguhnya.Hari ini kita gemakan, Ini Baru Indonesia"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline