Lihat ke Halaman Asli

Mujahidien Dalary

Pemerhati agama, sosial, budaya dan kesehatan alami

Terbelenggu Materi

Diperbarui: 25 September 2024   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi AI

Pada dasarnya manusia dalam hidupnya membutuhkan materi, karena apa yang dilakukan manusia tidak akan pernah lepas dari materi.

Sesungguhnya materi itu hanya pelengkap bagi kehidupan manusia, meskipun kebutuhan manusia terhadap materi itu berbeda-beda. Ada banyak materi yang selalu menjadi kebutuhan manusia dalam hidup ini, seperti rumah, motor, mobil, uang, pakaian dan lain sebagainya. Namun demikian tidak semua materi tersebut bisa dimiliki oleh setiap manusia, karena hal itu tergantung dari kemampuan dan usaha yang dilakukan seseorang dalam meraih materi-materi tersebut.

Seorang Filosof Yunani, Plato pernah mengatakan didalam buku REPUBLIK, bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung kepada material, tetapi pada pencapaian kebajikan dan pengetahuan.

Materi dihadirkan oleh Allah SWT dalam kehidupan manusia ini tujuannya agar manusia dapat bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala daya dan upayanya untuk memperoleh materi yang diinginkan bisa tercapai.

Dalam perspektif ajaran Islam, materi merupakan kebendaan yang diciptakan bagi manusia memiliki sifat sebagai ujian kehidupan. Apakah manusia dengan segala materi yang ia miliki akan menjadi makhluk yang bersyukur atau sebaliknya. Maka tidak sepenuhnya materi itu merupakan bukti keberhasilan manusia dalam hidupnya, sebab keberhasilan hidup manusia tidak semata-mata diukur oleh materi, apalagi jika ternyata dengan materi yang ia miliki justru menyebabkan seorang manusia menjadi ingkar terhadap nikmat Allah SWT.

Sering kali terjadi dalam diri manusia, ketika belum memiliki materi yang dia inginkan, manusia tersebut menjadi sosok hamba rajin ibadah dan hatinya penuh ketenangan, karena ia merasa tidak ada beban yang harus ia khawatirkan. Tapi dikala materi yang ia inginkan tersebut menjadi kenyataan, jiwa nya menjadi berubah dari yang sebelumnya. Misalnya, ada manusia yang sebelum punya kendaraan, hatinya penuh ketenangan, rajin ibadah kepada Allah Taala. Tetapi, begitu ia memiliki kendaraan yang ia inginkan, hatinya pun menjadi berubah dari yang tenang menjadi gelisah, yang dulunya rajin ibadah, gara-gara sering merawat dan memperhatikan kendaraan yang baru ia miliki tersebut, malah mengakibatkan semangat ibadahnya terkalahkan oleh perhatiannya terhadap materi tersebut. Jiwanya selalu mengkhawatirkan keamanan kendaraannya, sering terlambat melaksanakan sholat gara-gara mengurusi kendaraan. Semakin lama rasa ketenangan dan kebahagiaan dalam dirinya seperti hampa tergerus oleh rasa kekhawatirannya terhadap kendaraan yang ia miliki.

Sebagai manusia, semestinya kita menyadari bahwa apa yang kita peroleh saat ini tidak akan pernah abadi menjadi milik kita. Suatu saat nanti segala harta benda akan lepas dari genggaman kita, bisa disebabkan oleh beralihnya kepemilikan, ditinggal mati oleh pemiliknya ataupun hilang.

Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya tentang hakikat materi atau harta benda bagi kehidupan manusia,

"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (Qs. Al Anfal : 28)

Lalu, apakah manusia tidak boleh memiiki harta benda ? tentu saja boleh apalagi jika diperolehnya dengan cara yang halal, namun yang perlu diperhatikan oleh setiap manusia bahwa materi dan harta benda itu hanya penghias kehidupan duniawi saja, tidak semua orang memiliki materi yang sama jumlahnya. Jangan sampai dikarenakan kepemilikan materi atau harta benda, hidup kita menjadi terbelenggu olehnya yang mengakibatkan timbulnya rasa kekhawatiran berlebihan serta melemahkan ketaatan ibadah kita kepada Yang Maha Kuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline